REPUBLIKA.CO.ID, Kepolisian Hong Kong mengunakan gas air mata untuk membubarkan ribuan demonstran pro demokrasi yang berunjuk rasa di komplek pemerintahan. Dalam sepekan terakhir, aksi unjuk rasa memang terus meningkat di Kota Hongkong.
Dikutip dari BBC, belasan demonstran ditangkap, sementara ratusan lainnya hingga Ahad (29/9) malam tetap bertahan dan mengelar unjuk rasa di pusat Kota Hong Kong. Demonstran pro demokrasi menuntut Pemerintah China untuk mencabut aturan terkait pemilihan umum di sana, dan meminta pemilihan umum dilaksanakan secara demokratis.
Kepala Kepolisian Hong Kong, CY Leung mengatakan aksi pembubaran dilakukan karena unjuk rasa yang digelar kelompok pro demokrasi adalah ilegal, dan pemilihan umum tetap akan dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan.
Pemerintah China juga mengecam aksi unjuk rasa kelompok pro demokrasi, dan menegaskan akan mendukung penuh langkah yang diambil oleh pemerintah Hong Kong dalam mengatasi masalah tersebut.
Kelompok "Occupy Central" yang sebagian besar terdiri dari pelajar mulai melakukan aksi unjuk rasa sejak Rabu pekan lalu, dan terus mendapat dukungan dari masyarakat yang menolak kebijakan Pemerintah China, hingga Ahad kemarin.
Sepanjang Ahad, demonstran menduduki pusat bisnis di Kota Hong Kong. Saat malam tiba, polisi kemudian menembakan gas air mata untuk membubarkan demonstran. Meski sempat terpukul mundur, namun demonstran berhasil kembali berkumpul.
Hingga saat ini diperkirakan masih ada 3000 demonstran yang bertahan dan memblokir salah satu jalan utama di Distrik Mongkrok, Kowloon.
Dalam aksi unjuk rasa pada hari ini, para demonstran memang terlihat sudah lebih mempersiapkan diri dibandingkan pada aksi beberapa waktu lalu, yang juga berakhir dengan bentrokan.
Terlihat mereka datang dengan menggunakan jas hujan, kaca mata renang untuk melindungi mata mereka dari gas air mata maupun semprotan merica yang umum digunakan oleh pihak kepolisian disana.