REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Ratusan warga Yaman turun ke jalan-jalan Sanaa Ahad menuntut kepergian pemberontak Syiah, dalam demonstrasi pertama menentang pemberontak sejak mereka menguasai ibu kota pekan lalu.
Para pengunjuk rasa dari Gerakan Revolusi 11 Februari berbaris di sepanjang jalan utama Zubairi meneriakkan slogan-slogan melawan pemberontak Huthi yang masih mengendalikan kebanyakan wilayah Sanaa, kata seorang koresponden AFP.
"Kami tidak ingin Huthi lagi," teriak para demonstran, yang gerakannya berada di balik pemberontakan 2011 yang menggulingkan mantan presiden Ali Abdullah Saleh.
Pemberontak Huthi sangat banyak dikerahkan di Sanaa, tetapi tidak ada laporan konfrontasi antara pemberontak dan demonstran, Ahad (28/9) waktu setempat. Para pemberontak menyapu turun dari benteng mereka di pegunungan barat laut bulan lalu menuntut reformasi ekonomi dan politik.
Pekan lalu, mereka menyita instalasi penting negara tanpa perlawanan, sebagian besar mereka di Sanaa utara, setelah bentrokan di pinggiran kota dengan kelompok Islam yang menewaskan lebih dari 270 orang.
Para demonstran mengeluarkan pernyataan menuntut "penarikan semua milisi bersenjata dari ibu kota dan kembalinya pasukan keamanan."
Mereka juga mendesak pemberontak Huthi untuk "meminta maaf kepada rakyat Yaman" dan menerapkan perjanjian damai yang ditengahi PBB, termasuk protokol keamanan yang menetapkan penarikan pemberontak dari Sana'a setelah perdana menteri baru dipilih.
Namun Presiden Abdrabuh Mansur Hadi sejauh ini telah gagal untuk menunjuk perdana menteri baru sebagaimana diatur dalam perjanjian tersebut.
Para pemberontak telah menandatangani protokol setelah awalnya ragu-ragu, kata media negara dan pemberontak Sabtu. Juga dikenal sebagai Ansarullah, mereka telah berjuang selama bertahun-tahun melawan pemerintah, dan mengeluhkan marjinalisasi.
Pemerintah Yaman telah berulang kali menuduh Iran mendukung para pemberontak, yang juga muncul mempengaruhi kekuatan milisi Syiah Lebanon Hizbullah, yang didukung Teheran.