REPUBLIKA.CO.ID, RAQO -- Sejumlah pesawat perang dari berbagai negara pada Ahad menyerang empat kilang minyak di Suriah yang menjadi sumber pendanaan kelompok Daulah Islam (atau juga dikenal sebagai ISIS).
Pesawat koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat itu juga menyerang sejumlah pos komando Daulah Islam di kota Raqo, Suriah.
"Indikasi awal menunjukkan bahwa serangan berlangsung sukses," kata Komando Pusat Amerika Serikat dalam pernyataan tertulis.
Serangan pada Ahad merupakan bagian dari upaya koalisi internasional untuk memotong pendanaan Daulah Islam. Sebelumnya pada Kamis, bom pesawat perang meluncur dengan target infrastruktur minyak.
Sebagian besar ladang minyak Suriah saat ini memang dikuasai oleh Daulah Islam.
"Setidaknya tiga kilang minyak yang dikuasai Daulah Islam hancur. Kelompok tersebut selama ini mengolah minyak dan menjualnya ke pembeli Turki untuk mendanai operasi," kata organisasi Syrian Observatory for Human Rights.
Sebelum diserang, sejumlah pakar memperkirakan bahwa Daulah Islam mendapatkan dana sekitar tiga juta dolar AS (atau sekitar Rp36 milyar) setiap harinya dari penjualan minyak.
Serangan udara dengan target utama Daulah Islam pada Ahad juga menewaskan gerilyawan dari kelompok garis keras lain, yaitu Jabhat al-Nusra--sebuah jaringan Al-Qaida di Suriah. Satu tokoh utama Jabhat al-Nusra dilaporkan tewas akibat serangan itu.
Sementara itu kelompok Human Right Watch mengatakan bahwa serangan pesawat Amerika Serikat telah menewaskan setidaknya tujuh warga sipil Suriah di provinsi Idlib pada Kamis lalu. Organisasi tersebut mendesak dilakukannya penyelidikan atas dugaan kejahatan perang.
Meskipun mendapat kritik, koalisi internasional anti-Daulah Islam terus berkembang dan mendapat anggota baru dari negara-negara Eropa, termasuk Inggris.
Namun anggota koalisi dari Eropa hanya bersedia membantu mengalahkan Daulah Islam di Irak dan menolak untuk menyerang Suriah. Amerika Serikat hingga kini terpaksa hanya mengandalkan sekutu negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk operasi di Suriah.
Juga pada Ahad, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengakui telah meremehkan kekuatan Daulah Islam di Suriah dan terlalu yakin atas kemampuan pasukan darat Irak untuk bertempur sendirian.