REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Barack Obama mengakui lembaga AS meremehkan ancaman pemberontak ISIS di Suriah. Lanjutnya, al-Qaeda telah dikalahkan di Irak oleh pasukan AS yang bekerja sama dengan etnis Sunni.
Namun, mereka mengambil kesempatan saat kekosongan kekuasaan di Irak terjadi yang kemudian muncul sebagai kelompok ISIS. Tambahnya, Suriah telah menjadi pusat para militan yang mampu mengambil kesempatan dalam kekisruhan di sana.
"Selama kekisruhan dalam perang sipil Suriah, mereka mampu menyusun kembali kelompoknya serta mengambil kesempatan dari kekisruhan itu dan menarik para anggota asing,"jelasnya.
Obama juga menegaskan salah satu cara mengalahkan ISIS yakni menggunakan militer. Selain itu, solusi politik juga diperlukan. Ia mengatakan para anggota jihad mendapatkan keahlian militer dari tentara lama Saddam Hussein yang masih tersisa di Irak.
Obama pun menyatakan direktur intelijen nasional, James Clapper, juga mengakui AS telah meremehkan terkait situasi yang terjadi di Suriah. Menurutnya, kunci utama untuk mengalahkan kelompok ISIS yakni menggunakan solusi politik.
Koalisi AS, negara-negara Arab dan negara-negara Barat telah memulai serangan udara melawan ISIS di Irak dan Suriah. Dalam serangan ini, AS telah menargetkan kilang minyak yang dikuasai oleh ISIS di Suriah serta pusat komando.
Menurut Pusat Komando AS, serangan yang dilakukan oleh AS, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab berhasil dilaksanakan. Sementara itu, pertempuran juga dilaporkan masih terjadi di kota Kobane di dekat perbatasan Suriah dengan Turki. Akibatnya, 140 ribu warga Kobane pun mengungsi ke Turki