Selasa 30 Sep 2014 22:47 WIB

Program CanTeen untuk Anak Penderita Kanker Mulai Dikembangkan

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Anak-anak muda yang orang tuanya didiagnosa menderita kanker, sebentar lagi, bisa memanfaatkan program penunjang baru yang dikembangkan di Universitas Sydney.

Para peneliti di Universitas Sydney tengah mengembangkan sebuah program baru yang membantu untuk menunjang anak-anak muda yang orang tuanya menderita kanker.

Tiap tahunnya, sekitar 23.000 anak muda terkena dampak dari diagnosa kanker yang diderita orang tuanya..

Pandora Patterson, seorang profesor di kelompok penunjang kanker ‘CanTeen’, mengatakan, tiap tahunnya, sekitar 23 ribu anak muda terkena dampak dari diagnosa kanker yang diderita orang tuanya, dan berdasarkan survei, kondisi itu menyusahkan para remaja.

“Bahkan jika sebuah keluarga masih berfungsi dengan baik dan masih sangat kompak, kondisi itu tetap melukai mereka. Dan jika mereka berhenti berkomunikasi, itu benar-benar bisa mengisolasi para remaja. Lebih baik bagi anak-anak muda itu untuk tetap berkomunikasi secara reguler sehingga mereka memiliki pemahaman yang lebih akurat mengenai apa yang terjadi, dan itu benar-benar bisa mengubah suasana,” jelas Pandora baru-baru ini.

‘CanTeen’ kini tengah melakukan penelitian yang akan menghasilkan sebuah program 8 minggu, yang dikembangkan untuk menunjang anak-anak muda tersebut.

Kate White, seorang Profesor Perawatan Kanker di Universitas Sydney, mengatakan, menginformasikan kanker kepada anak-anak bisa menjadi hal yang sulit dilakukan bagi orang tua.

“Berbicara soal kanker dan emosi itu berat, tak ada satupun bahasa yang bisa menerjemahkan perasaan anak-anak muda itu. Bagi mereka yang masih di bawah usia 8 tahun, hal ini berarti melihat adanya perubahan perilaku dan bagi mereka yang masih kecil, hal itu bisa saja berupa kemunduran,” tuturnya.

Profesor Kate menemukan bahwa tekanan emosi menjadi 4 hingga 6 kali lebih tinggi pada mereka yang orang tuanya menderita kanker ketimbang populasi normal berusia serupa.

“Kami tak bilang bahwa mereka memiliki masalah kejiwaan tapi jumlah dari mereka yang mengalami penderitaan emosional ternyata lebih tinggi ketimbang sekelompok anak muda yang tak memiliki orang tua dengan penyakit kanker,” sebutnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement