REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Dalam usaha mengurangi tingkat tertinggi kedua pembunuhan di dunia, Venezuela meluncurkan program pertukaran senjata, Senin, dengan menawari warganya menukarkan senjata dengan beasiswa, obat-obatan, bebas operasi atau bahan bangunan.
Negara Amerika Selatan berpenduduk 30 juta jiwa itu memiliki 15 juta senjata api, baik resmi maupun tidak, kata perkiraan pemerintah.
Itu meningkatkan kejahatan dengan aksi kekerasan dan tingkat pebunuhan tahunan yang mencapai 53 per 100.000 penduduk, tertinggi kedua di dunia setelah Honduras, kata PBB.
Menteri Dalam Negeri Miguel Rodriguez Torres mengatakan program pertukaran itu akan berlangsung selama setahun dan bertujuan agar seluruh senjata yang berada dalam tangan para warga sipil diserahkan kepada pemerintah.
"Setiap senjata yang dilepaskan dati tangan sipil akan dapat mengurangi tingkat aksi kekerasan, kematian, kejahatan," katanya kepada wartawan.
Pihak berwenang menetapkan 60 tempat pertukaran di seluruh negara itu, empat dari itu di ibu kota Karakas.
Para peserta dapat menyerahkan senjata-senjata mereka tanpa menyebut namanya.
Pemerintah sosial Presiden Nicolas Maduro menyediakan dana 300 juta bolivar (47,8 juta dolar AS) dalam nilai tukar resmi untuk membiayai program insentif itu.
Senjata-senjata yang berlimpah di Venezuela meningkatkan gelombang kejahatan dalam tahun-tahun belakangan ini. Para pemimpin oposisi menuduh partai almarhun presiden Hugo Chavez membagi-bagikan senjata kepada para pendukung mereka setelah satu kudeta yang gagal terhadap pemimpin berhaluan kiri itu-- orang yang digantikan Maduro dan mentor pada 2002.