REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menjual artefak kuno Irak di pasar gelap untuk membiayai operasi militer mereka di wilayah tersebut.
Berbicara di sebuah konferensi di Paris, Prancis, duta untuk UNESCO, Philippe Lalliot memperingatkan, warisan budaya Irak berada dalam bahaya besar.
Konferensi Paris yang diselenggarakan sejumlah pakar internasional dan diplomat itu membahas cara-cara untuk menyelamatkan harta Irak.
"Ketika puluhan ribu orang meninggal, kita harus khawatir tentang pembersihan budaya? Ya, karena kelompok-kelompok fanatik ingin menghancurkannya," kata Lalliot seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (1/10).
Sementara itu, Kepala Museum Baghdad, Qais Hussein Rasheed mengatakan, kelompok itu terorganisasi dan bekerja dalam koordinasi dengan ISIS.
"Ini sebuah mafia artefak internasional," katanya kepada wartawan. "Mereka mengidentifikasi item dan mengatakan apa yang mereka jual," katanya.
Beberapa item bahkan berusia lebih dari dua ribu tahun. Sehingga sulit untuk mengetahui nilai persisnya.
Rasheed mengatakan, contoh terbesar penjarahan sejauh ini terjadi di abad ke-9 SM di Kalhu dari Raja Assyrian Ashurnasirpal II.
"Tablet Assyrian dicuri dan ditemukan di kota-kota Eropa...Beberapa item ini dipotong-potong dan dijual sedikit demi sedikit."