Rabu 01 Oct 2014 21:15 WIB

Dua Juta Warga Australia Berisiko Gagal Bayar Utang

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah laporan terbaru mengingatkan dua juta warga Australia memiliki risiko gagal membayar utang. Utang itu umumnya berkaitan dengan pengeluaran kebutuhan dasar.

Studi tersebut dilakukan oleh Veda, pemerhati masalah utang dan kredit di Australia. Utang-utang yang berisiko gagal dibayar adalah pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, seperti gas, listrik, dan tagihan telepon.

Dari studi ini juga ditemukan 500 ribu orang dianggap berisiko untuk mendapatkan kartu kredit, karena kecenderungan berbohong atau menyembunyikan informasi saat mengajukan kartu kredit. Peringatan soal dua juta warga yang dianggap berisiko membayar utang ini, datang di tengah spekulasi bahwa Bank Pusat Australia akan mengawasi pinjaman bank lebih ketat. Hal ini dilakukan untuk melindungi investor dari kenaikan suku bunga dan nilai properti yang jatuh.

Para ekonom juga memperingatkan bahwa setiap kenaikan pengangguran bisa menyebabkan kegagalan dalam melunasi anggsuran rumah.
 

Penggunaan kartu kredit demi membiayai gaya hidup lazim dilakukan anak muda

Yang menarik, laporan Veda ini memfokuskan pada generasi Y, mereka yang lahir di tahun 1980-an, dengan reputasi buruk dalam masalah utang dan kartu kredit. Terlepas bahwa generasi ini adalah yang ambisius untuk masalah finansial.
 
Ditemukan 22 persen mereka yang masuk generasi ini cenderung boros untuk mempertahankan gaya hidup, yang sebenarnya dipaksakan.
 
"Ada ketakutan di antara mereka, takut kehilangan. Mereka ini termasuk kelompok yang ambisius tapi tidak takut untuk berhutang demi memiliki gaya hidup dan membiayai tujuan mereka," ujar Belinda Diprose dari Veda.
 
"Sangatlah penting bagi kita untuk memahami sejarah hutang masing-masing, apa yang bisa dilakukan, dan bagaimana mengatasinya jika mereka benar-benar membutuhkan pinjaman," tambahnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement