REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Diskriminasi sosial adalah alasan mengapa pemuda Eropa bergabung dalam kelompok radikal seperti, ISIS. Pernyataan tersebut disampaikan oleh seorang akademisi Turki, seperti yang dilansir World Bulletin, Selasa (30/9).
Ia mengklaim banyak pejuang asing yang termotivasi oleh keluhan atas asimilasi dan penerimaan yang dikombinasikan dalam proses dogmatis dan bukan masalah ideologis.
"Sebagian besar dari mereka berusia 15 hingga 25 tahun. Mereka hidup di generasi kedua atau ketiga di negara itu dan mereka memiliki beberapa tingkat pendidikan." kata Yukleyen.
Pria akademisi ini merupakan keturunan imigran Turki di Belanda bernama Ahmet Yukleyen. Seorang asisten profesor antropologi budaya di salah satu universitas di Turki. (Baca: ISIS Culik Militer Lebanon, Pengungsi Suriah Kena Getahnya)
Ia mengatakan, pemuda Eropa yang bergabung dengan ISIS bukan disebabkan oleh agama, tetapi gaya berpikir tertentu. Dimana pejuang potensial dengan usia dan latar belakang imigran memainkan peran penting dalam keputusan mereka.