Rabu 01 Oct 2014 15:04 WIB

Pesawat Super Hornet Australia akan Ikut Serang ISIS

A F/A-18F Super Hornet (ilustrasi)
Foto: Reuters/US Navy
A F/A-18F Super Hornet (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pesawat Australia akan bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat dalam melancarkan serangan udara terhadap para pemberontak Negara Islam (IS/ISIS) di Irak, kata Perdana Menteri Tony Abbott pada Rabu menjelang diambilnya keputusan akhir untuk menjalankan misi pemboman.

Amerika Serikat telah membombardir Negara Islam serta kelompok-kelompok lainnya di Suriah selama seminggu dengan bantuan dari sekutu-sekutu Arab.

Serangan itu juga telah mengenai sasaran-sasaran di Irak sejak Agustus.

Negara-negara Eropa telah menggabungkan diri dalam operasi di Irak, namun tidak di Suriah.

Bulan lalu, Abbott mengirimkan 10 pesawat serta 600 personel ke Uni Emirat Arab guna mempersiapkan penggabungan Australia ke koalisi tersebut.

Dan sejak saat itu, ia mengatakan bahwa keterlibatan Australia dalam serangan udara adalan kemungkinan untuk bertempur dengan "geng pembunuh".

"Kita belum mengambil keputusan akhir untuk memajukan pasukan untuk bertempur, namun, mulai hari ini, pesawat Australia akan mulai terbang di atas Irak untuk mendukung operasi-operasi bersama," kata Abbott kepada parlemen.

"Serangan udara Australia masih menunggu izin akhir dari Pemerintah Irak serta keputusan lebih lanjut dari kita sendiri."

Australia sedang bersiaga penuh dalam mengantisipasi serangan oleh para Muslim garis keras atau dari milisi-milisi Australia yang kembali dari peperangan di Timur Tengah.

Negara itu telah meningkatkan peringatan kewaspadaan ke tingkat tinggi dan melancarkan serangkaian penggerebekan besar-besaran di kota-kota utama.

Para pejabat meyakini bahwa hingga 160 warga Australia telah melibatkan diri dalam peperangan di Timur Tengah atau secara aktif memberikan dukungan mereka.

Setidaknya 20 warga diyakini telah kembali ke Australia dan menjadi ancaman bagi keamanan.

Satu orang pada Selasa didakwa mendanai organisasi teroris sementara satu lainnya ditahan bulan lalu setelah polisi mengatakan mereka berencana untuk memenggal kepala anggota masyarakat secara acak.

Armada Australia di Uni Emirat Arab terdiri dari delapan jet tempur Super Hornet, pesawat pengendali dan pemberi peringatan dini, 400 personel angkatan udara serta 200 tentara pasukan khusus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement