Rabu 01 Oct 2014 19:13 WIB

Kerap Jadi Sasaran Amuk Penumpang, Pengemudi Bus di NSW Unjuk Rasa

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Lantaran kerap menjadi sasaran kemarahan penumpang setiap hari akibat jadwal bus yang tidak realistis, pengemudi bus di New South Wales (NSW) menggelar aksi unjuk rasa. Mereka  mendesak penumpang untuk berhenti menyalahkan mereka dan mendesak pemerintah mengubah jadwal keberangkatan dan kedatangan bus.

Sekitar 40 orang pengemudi bus yang bekerja pada perusahaan swasta di terminal bus Parramatta menggelar aksi unjuk rasa mendesak penumpang untuk berhenti menyalahkan mereka. Pengemudi bus ini beralasan keterlambatan kedatangan bus yang terjadi bukan salah mereka sebagai pengemudi tapi tanggung jawab Pemerintah NSW.
 
Aksi ini merupakan bagian dari kampanye anti penghinaan yang berjudul "Jangan Salahkan Pengemudi Bus" yang diluncurkan oleh Serikat Pekerja Transportasi (TWU) yang meminta  penumpang yang marah untuk menghubungi Kementerian Transportasi dan Informasi untuk melaporkan keluhan mereka daripada memarahi pengemudi bus.
 
Aksi ini merupakan respon dari survey yang dilakukan oleh TWU terhadap 300 orang pengemudi bus yang menemukan kalau 78% pengemudi mengaku pernah menjadi sasaran kemarahan penumpang yang frustasi menantikan kedatangan bus, sementara 33% diantaranya mengaku pernah diludahi penumpang dan 32% mengaku pernah dikasari.
 
"Pengemudi bus lelah terus mendapatkan serangan fisik atau dilecehkan atas sesuatu yang diluar kendali mereka," kata sekretaris TWU, Richard Olsen.
 
"Pengemudi ini mendapatkan perlakuan tidak enak dari penumpang setiap hari dan kami sudah tidak tahan lagi menghadapinya," tambah Olsen.
 
Dikatakannya penumpang yang merasa frustasi perlu menyalurkan keluhan mereka kepada pemerintah NSW karena bus sering datang terlambat. "Itu bukan salah pengemudi, tapi merupakan konsekwensi dari jadwal kedatangan dan keberangkatan yang tidak realistis yang ditentukan oleh pemerintah pada tahun 2012 lalu," jelasnya.
Nimrod Nyols, pejabat resmi TWU mengatakan pengemudi bus kerap dianggap sebagai perwakilan dari perusahaan bus dan itu menyebabkan mereka menjadi sasaran utama rasa frustasi penumpang. Nyols mengatakan belakangan ini para pengemudi mengeluh merasa tertekan dengan jadwal bus yang ketat.

"Biasanya mereka hanya melayani rute dikawasan seluas 45-50 km yang melewati 60 zona, tapi kini mereka dipaksa untuk melayani rute seluas 55-60 kilometer," Nyols menjelaskan.

 
"Para pengemudi rata-rata berusaha sekuat mungkin untuk memenuhi jadwal yang diberikan perusahaan kepada mereka, dan tekanan ini bisa membahayakan masyarakat,"
 
Sasaran serangan rasial dan pribadi
 
Salah satu pengemudi korban amuk penumpang, Barry Hupton, mengaku dirinya pernah diludai penumpang dan diancam ketika bertugas. "Saya merasa tidak aman sama sekali, karena tidak tahu apa yang bakal menimpa saya ketika bertugas," katanya.
 
Ia mengaku selama 16 tahun bertugas sebagai pengemudi bus, Hupton mengaku ini merupakan periode terburuk dalam menjalani profesinya karena jadwal yang tidak realistis. "Jadwal yang ditentukan sangat tidak bisa dicapai, kita tidak bisa memenuhi jadwal itu karenanya bus datang terlambat," katanya.
 
Hupton mengaku satu-satunya cara agar tidak telat adalah dengan mempercepat laju kendaraan, namun mereka memilih tidak mengebut. Sementara pengemudi lainnya, Suresh Chand juga mengaku selama 14 tahun bekerja sebagai pengemudi bus dia melihat adanya peningkatan serangan pelecehan terhadap pengemudi sejak jadwal bus baru ini diberlakukan.
 
"Ada yang mengalami pelecehan rasial, dimaki dengan kata-kata kasar, dicaci maki, diludahi banyak lagi pelecehan lainnya," kata chand.
 

Sementara itu Darryl Mellish, Direktur Eksekutif Bus NSW, lembaga induk organisasi bus di NSW mengatakan perilaku anti sosial dan pelecehan yang dialami para pengemudi bus ini telah menjadi perhatian mereka."Perlakuan itu sangat tidak bisa diterima. para pengemudi harus melaporkan insiden tidak menyenangkan yang mereka alami,"

"Narkoba dan alkohol juga bisa menambah masalah antara penumpang dan pengemudi, karenanya kami ingin pengadilan menindak pelaku serangan terhadap pengemudi,"
 
Mellish juga mengatakan pemerintah negara bagian memberikan ruang konsultasi bagi pengemudi yang merasa jadwal mereka sulit untuk dipenuhi.

"Ada mekanisme konsultasi karena kita tidak ingin para pengemudi mendapat masalah, jika jadwal itu memang terlalu ketat maka harus disesuaikan," katanya.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement