Kamis 02 Oct 2014 17:09 WIB

Negara Teluk ingin Yaman Cepat Damai

Tentara Yaman (ilustrasi)
Foto: EPA/Yahya Arhab
Tentara Yaman (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Negara-negara Teluk Arab telah menuntut pemulihan kewenangan pemerintah di Yaman dengan mengeluarkan kritik terselubung pada pemberontak yang memiliki hubungan dengan Iran dan telah menguasai ibukota, Sanaa.

Pejuang dari gerakan Muslim Syiah Houthi merebut Sanaa pada 21 September setelah menduduki sebuah brigade tentara yang berafiliasi dengan partai Islam moderat Islah. Hal itu membuat mereka secara efektif menjadi pengendali kekuasaan di negara itu.

Kelompok Huthi telah menolak untuk keluar dari ibukota, yang mereka kendalikan meskipun kesepakatan yang mereka tandatangani dengan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi untuk menjadikan mereka bagian dari pemerintah.

Dalam sebuah pertemuan darurat Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), para menteri dalam negeri menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang apa yang disebutnya ancaman terhadap pemerintah Yaman dan lembaga-lembaganya serta pencurian "properti dan sumber daya" dari orang-orang Yaman.

GCC menyatakan tidak akan "berpangku tangan" dengan adanya intervensi asing, kata para menteri dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan Rabu malam di kota pelabuhan Laut Merah Jeddah, Arab Saudi. Namun organisasi itu tidak mengidentifikasi adanya kekuatan asing.

"Keamanan Yaman dan GCC tidak terpisahkan," kata pernyataan itu, seraya menuntut pengembalian bangunan resmi, semua senjata yang dijarah, peralatan militer dan uang kepada negara.

GCC terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Oman, Bahrain, Kuwait dan Qatar.

Saksi mata mengatakan bahwa sejak 21 September, Suku Houthi yang bersenjata telah berpatroli di jalan-jalan, mengoperasikan pos pemeriksaan dan mengontrol akses ke beberapa bangunan pemerintah pusat.

Stabilitas Yaman merupakan prioritas bagi Amerika Serikat dan sekutunya di Teluk Arab karena posisinya di sebelah Arab Saudi dan jalur pelayaran yang melalui Teluk Aden.

Arab Saudi memandang Houthi, yang berasal dari cabang Zaidi dari Islam Syiah, sebagai sekutu pesaingnya, Iran. Huthi mengakui mereka berhubungan baik dengan Iran tetapi bersikeras mereka tidak didukung oleh Iran. Teheran membantah turut campur di Yaman.

Dalam sepekan setelah pengambilalihan, Yaman membebaskan setidaknya tiga tersangka anggota Garda Revolusi Iran, yang telah ditahan selama berbulan-bulan atas dugaan memiliki hubungan dengan Suku Houthi, dan dua tersangka anggota kelompok Hizbullah Lebanon, yang telah ditahan karena dicurigai merencanakan untuk memberikan bantuan militer kepada Houthi.

Pihak berwenang tidak memberikan penjelasan kepada publik tentang pembebasan itu. Namun langkah itu menunjukkan jika kelompok Syiah itu mendikte kewenangan di ibukota.

sumber : Antara

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement