Jumat 03 Oct 2014 05:22 WIB

Hari Kelima Demo, Massa Masih Blokade Jalan

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Julkifli Marbun
Aktivis Hong Kong
Aktivis Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID, HONGKONG -- Ribuan demonstran prodemokrasi memadati jalan-jalan di Hongkong, Rabu (1/10). Sebagian dari mereka mencemooh perayaan hari lahirnya Partai Komunis.

Aksi pendudukan massa yang telah berlangsung selama lima hari itu menyebabkan sebagian besar aktivitas bisnis terganggu. Hujan badai yang terjadi Selasa malam tidak membuat gentar pendemo.

Mereka tetap bertahan. Rabu pagi cuaca cerah di Hongkong.

Protes telah menyebar dari empat wilayah ke Tsim Sha Tsui, sebuah pusat perbelanjaan populer yang biasanya ramai saat libur hari kelahiran Partai Komunis.

Pemimpin protes meminta massa tidak mengganggu upacara penaikan bendera di pelabuhan Victoria Harbour pada Rabu pagi. Pemimpin Hongkong Leung Chun-ying yang ditunjuk oleh Cina, berjabat tangan dengan pendukungnya sambil mengibarkan bendera Cina.

"Kami harap semua sektor komunitas akan bekerja bersama pemerintah dengan damai, sesuai hukum. rasional dan pragmatis. Dan melangkah maju dalam perkembangan konstitusional," ujar Leung dalam pidatonya, Rabu.

Upacara itu digelar untuk merayakan berdirinya Partai Komunis Cina pada 1949. Sebelum upacara dimulai ratusan demonstran berteriak kepada Leung memintanya mundur. Namun, begitu upacara dimulai mereka diam dan meninggalkan lokasi.

Leung mengatakan lebih baik untuk menyetujui rencana Cina memilih kandidat dan mengadakan pemilihan umum. Setelah itu, tetap bertahan dengan sistem yang telah ada saat ini, yakni memilih pemimpin.

"Jelas lebih baik memiliki pemimpin yang dipilih oleh lima juta pemilih daripada oleh 1.200 orang," ujarnya.

Kelompok mahasiswa Scholarism mengatakan mereka menandai perayaan tersebut dengan berat hati.

"Kita tidak merayakan 65 tahun kemerdekaan Cina. Dengan kekacauan politik di Hongkong dan pelanggaran hak asasi manusia yang masih berlangsung, saya pikir hari ini bukan hari untuk merayakan tapi hari yang menyedihkan," ujar juru bicara Scholarism Oscar Lai.

Ratusan demonstran berkumpul di luar pertokoan mewah dan membentuk barikade untuk mengantisipasi bentrokan. Di sebagian besar Hongkong, tidak banyak kehadiran polisi.

Demonstran membuat pos perbekalan. Di sana tersedia, air botol, buah, kraker, jas hujan sekali pakai, handuk, kacamata, masker wajah dan tenda.

Seorang pensiunan M Lau (56 tahun) menagtakan ia ikut turun ke jalan sebagai bentuk solidaritas. "Orangtua dan buyut kami datang ke Hongkong demi kebebasan dan tegaknya hukum. Protes ini untuk menjaga sistem hukum berusia 160 tahun untuk generasi mendatang," kata Lau.

Unjuk rasa tersebut merupakan yang terburuk sejak Inggris menyerahkan Hongkong kepada Cina pada 1997. Unjuk rasa tersebut juga merefleksikantantangan politik terbesar bagi Cina sejak aksi kekerasan di Lapangan Tiananmen pada 1989.

Cina memerintah Hongkong dengan kebijakan satu negara dua sistem. Hongkong menikmati otonomi dan kebebasan yang tidak bisa dinikmati warga Cina.

Leung mengatakan Cina tidak akan tunduk pada demonstran. Dia menambahkan polisi Hongkong mampu menjaga keamanan tanpa bantuan tentara People's Liberation Army (PLA) dari Cina.

Menteri Keuangan Inggris George Osborne mendesak Cina untuk berdamai mengatakan kesejahteraan Hongkong tergantung pada kebebasan. Perdana Menteri Inggris David Cameron berencana memanggil duta besar Cina untuk membicarakan sengketa.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry akan membicarakan soal unjuk rasa itu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Washington, Rabu.

Belum jelas bagaimana rencana pengunjuk rasa selanjutnya. Belum ada pernyataan resmi dari pengunjuk rasa.

Presiden Cina Xi Jinping dalam pidatonya berjanji menjaga kesejahteraan dan stabilitas Hongkong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement