REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Pemompaan air limbah mentah ke laut menjadi sumber peningkatan kadar bakteri E-coli di Pantai Darwin yang ditutup empat tahun lalu. Demikian kesimpulan sebuah studi yang dilakukan universitas di Australia.
Pembuangan air limbah yang di masyarakat lokal dikenal sebagai "penembak kotoran" yang terletak di Pantai Larrakeyah -- sekitar 2 kilometer dari pusat Kota Darwin, selama 47 tahun memompakan limbah mentah ke laut. Saluran pembuangan limbah itu memuntahkan sekitar 1,5 miliar liter air limbah per tahun sebelum akhirnya ditutup pada tahun 2011 lalu.
Profesor dari Universitas Charles Darwin, Karen Gibb memimpin tim penelitian yang berusaha mengumpulkan dan mempelajari sampel air dari seluruh Darwin.
Tim tersebut mempelajari hubungan antara aliran saluran air limbah dan peningkatan kadar E-coli di Pantai Dokter Gully dan pantai Lameroo pada tahun 2010 pada saat musim kemarau. Tahun itu Darwin terpaksa menutup semua pantainya karena tercemar bakteri beracun.
Namun menurut Profesor Karen, hingga kini masih terdapat pertanyaan apa yang menyebabkan kadar bakteri E-Coli terus meningkat di sejumlah pantai lainya. "Dalam ekosistem kita dimana banyak terdapat hewan, banyak hal yang terjadi dan banyak terjadi gelombang pasang serta sedimen maka normal jika kadar bakteri E.Coli dalam sistem kita," katanya baru-baru ini.
"Kita seharusnya meneliti rangkaian indikator lain secara menyeluruh termasuk patogen untuk bisa benar-benar mengetahui resiko dan apa yang sebenarnya menjadi masalah di perairan wisata kita."
"Rapid Creek merupakan satu dari beberapa pantai di Darwin yang tidak memiliki satu sumberpun yang dapat menyebabkan bakteri E.Coli,"
"Peneliti meyakini suhu udara yang hangat di Teritori Utara, endapan lumpur dan pasang semuanya mempengaruhi kualitas air, terutama di muara pantai,"
Tsunami limbah
Pemerintahan Partai Buruh ketika berkuasa tahun 2010 lalu membantah keterkaitan antara meningkatnya bakteri E-Coli dengan saluran pembuangan limbah di Pantai Larrakeyah.
Namun pada tahun 2011, pemerintah Partai Buruh berjanji akan mengalihkan saluran pembuangan limbah itu ke jaringan pipa lain untuk diproses di Ludmilla sebagai bagian dari program senilai $67 juta. Saluran pembuangan air limbah ke laut itu resmi ditutup pada tahun itu juga.
Wakil Kepala Menteri, Peter Chandler, yang menjadi Menteri Lingkungan Oposisi ketika itu mengatakan hasil kajian menyarankan agar memasukan penutupan saluran pembuangan limbah itu sebagai bagian dari program kampanye mereka. "Pemerintahan sebelumnya mengatakan saluran pembuangan limbah itu tidak menyebabkan ledakan pertumbuhan ganggang ketika itu, " kata Chandler.
"Pemerintahan koalisi menilai memang ganggang tidak ada kaitannya dengan saluran pembuangan tersebut, namun kami mencurigai ada kemungkinan air limbah kotoran yang mengandung bakteri E. Coli yang menjadi penyebabnya.
"Ini merupakan bukti terjadinya tsunami kotoran yang menjadi sorotan ketika itu," katanya lagi.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement