REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG - Pemimpin Hong Kong Leung Chun Ying setuju untuk membuka pembicaraan dengan pengunjuk rasa pro-demokrasi. Namun, dia tetap menolak membicarakan pengunduran dirinya sebagai Kepala Eksekutif Hong Kong.
Seperti diberitakan Reuters, Chun Ying dan para pendukung pemerintah Cina menegaskan, tidak akan mundur. Meski saat ini menghadapi kerusuhan terburuk di kota ini dalam beberapa dekade kedepan.
Sementara, Federasi Mahasiswa Hong Kong menuduh pemerintah dan polisi bersekongkol untuk memprovokasi serangan terhadap pengunjuk rasa di Mong Kok. Kelompok utama yang mendorong unjuk rasa itu juga mengancam akan menarik diri dari pembicaraan yang direncanakan.
Di Mong Kok, sekitar 1.000 pendukung Beijing bentrok dengan sekitar 100 pengunjuk rasa pro demokrasi. Sehingga, polisi membentuk rantai manusia untuk memisahkan dua kelompok tersebut.
Selama protes terjadi di seluruh kota, stasiun radio RTHK Hong Kong melaporkan bahwa 131 orang dibawa ke rumah sakit, Jumat (3/10). Kebanyakan mengalami cedera dengan tingkat keparahan yang berbeda.
Saat aksi berlangsung, beberapa demonstran berteriak kepada polisi karena gagal untuk mengusir demonstran. "Kita semua muak karena hidup kita dipengaruhi," kata seorang demonstran yang berpropesi sebagai Guru, Victor Ma (42).
"Anda menyandera warga Hong Kong, itu bukan kerjaan kalian. Itulah mengapa orang-orang sangat marah di sini," teriaknya pada polisi. Sebagai informasi, Mong Kok terkenal sebagai pusat geng-geng kriminal Triad yang mengoperasikan bar, klub malam dan panti pijat.