REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG - Demonstran pro demokrasi yang diwakili oleh Federasi Mahasiswa Hong Kong menolak pembicaraan damai dengan pemerintah Hong Kong. Hal tersebut dilakukan karena pemerintah dinilai telah menggunakan para mafia untuk mengamankan peserta aksi.
"Pemerintah mengizinkan mafia untuk menyerang aksi damai dan menahan para demonstran. Ini telah memotong jalan menuju dialog, dan pemerintah harus bertanggung jawab atas konsekuensi," kata salah satu perwakilan mahasiswa, Jumat (3/10)
Dengan mengizinkannya para mafia dalam pengamanan aksi, kelompok tersebut menilai pemerintah telah gagal melindungi para demonstran. "Pemerintah belum menepati janjinya. Kami tidak punya pilihan selain untuk menunda pembicaraan," ungkap sang pemimpin seperti diberitakan BBC.
Federasi Mahasiswa Hong Kong diundang oleh pemerintah untuk melakukan negosiasi pada Rabu (1/10). Namun, hingga saat ini belum ada tanda akan adanya dialog antara demonstran pro demokrasi dan perintah Hong Kong.
Bahkan, bentrok kembali memanas pada Jumat (3/10). Bentrokan tersebut menyebabkan 131 terluka dan dibawa ke rumah sakit. Aksi demonstrasi itu memang berpusat di salah satu wilayah, yaitu Mong Kok. Mong Kok memang terkenal merupakan tempat para geng-geng kriminal Triad yang mengoperasikan bar, klub malam dan panti pijat.