REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Penyebaran Ebola di kawasan Afrika Barat menjadi semakin cepat akibat sulitnya pelacakan data kasus penyakit mematikan tersebut, demikian sejumlah pakar mengatakan.
Data dari PBB dan WHO menunjukkan bahwa jumlah kasus Ebola di kawasan Afrika Barat telah mencapai 7.423, yang 3.355 di antaranya berujung kematian. Menurut sejumlah pihak, perhitungan tersebut masih jauh di bawah fakta yang terjadi di lapangan.
Banyak korban tidak terdata karena tidak mendapatkan pertolongan medis --baik karena disembunyikan oleh keluarganya atau ditolak oleh klinik terdekat. Di sejumlah tempat, warga bahkan menolak untuk dirawat sehingga semakin menyulitkan proses pendataan.
Pada Agustus lalu, WHO sendiri mengakui bahwa munculnya pasien-pasien yang tidak diketahui asalnya pada setiap pembukaan rumah sakit baru "menunjukkan adanya kasus yang tersembunyi."
Pada pekan lalu Centers for Disease Control dari Amerika Serikat menyatakan bahwa jumlah kasus yang terdata di Liberia dan Sierra Leone telah mencapai 8.000. Namun di sisi lain, organisasi itu memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya bisa mencapai 21.000 kasus.
Sejumlah pertanyaan kemudian diajukan untuk jumlah kematian di Sierra Leone yang dinilai terlalu rendah, yaitu hanya sekitar 24 persen dari kasus yang tercatat. Di Liberia dan Guinea, prosentase kematian dari keseluruhan kasus adalah 54 persen dan 61 persen.
Salah satu alasan rendahnya tingkat kematian di Sierra Leone adalah bahwa perhitungan di negara tersebut hanya terpusat pada kasus yang sudah dikonfirmasi oleh tes laboratorium, kata pakar epidemologi WHO, Eric Nilles dan Stephane Hugonnet, kepada Reuters.
Dengan sistem tersebut, Sierra Leone mengabaikan kasus kematian yang masih berada dalam taraf "terduga" yang banyak terjadi di masyarakat luas dan menyumbang prosentase besar di Liberia dan Guinea.
Selain itu, meskipun hanya seperempat kasus Ebola di Sierra Leone yang berujung pada kematian, akan salah jika mengsumsikan bahwa pasien lainnya telah diselamatkan karena sekitar 60 persen kasus "masih belum dapat diketahui hasilnya," kata juru bicara WHO Nyka Alexander pada 30 September lalu.
Sejumlah pakar yang menulis untuk New England Journal of Medicine mengatakan bahwa jika prosentase kematian normal adalah 70 persen, maka jumlah kematian sebenarnya di Sierra Leone adalah lebih dari 1.300 orang dan bukan 575 sebagaimana tercatat saat ini.