REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pimpinan tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un jatuh sakit dan tengah menjalani perawatan medis. Untuk sementara, Korea Utara ditutup dari akses umum untuk menghindari terjadinya kemungkinan kudeta untuk menggulingkan kepemimpinan Kim.
"Ini semacam tindakan untuk menghindari upaya kudeta, mengingat pihak berwenang menemukan adanya indikasi ke sana," kata pakar Korea Utara, Toshimitsu Shigemura yang juga seorang profesor di Universitas Waseda di Tokyo, dilansir dari IB Times, Ahad (5/10).
Shigemura menambahkan, jika itu adalah kudeta yang didukung militer, maka situasi di Pyongyang akan sangat berbahaya. Dia juga telah mendengar laporan bahwa perawatan Kim sudah dipindahkan dari ibukota.
Laporan kunci pertama muncul Selasa lalu dalam berita New Focus International. Pemimpin Korea Utara belum terlihat di depan umum selama lebih dari sebulan. Adiknya, Kim Yo Jong sementara bertanggung jawab atas Korea Utara selama dia menjalani perawatan medis. Namun, New Focus masih belum memastikan apakah kesehatan menjadi kunci utama masalah tersebut.
Shigemura melanjutkan, beberapa pejabat senior Korea Utara tampaknya berusaha melakukan pembelotan. Mereka menutup jalan keluar, seperti bandara dan perbatasan.
Informasi lain dari Telegraph, indikasi pembelotan itu sudah terlihat. Pada Desember 2013, paman Kim, Jang Song Thaek telah dieksekusi karena dicap pengkhianat. Surat kabar pro-Cina berbasis di Hong Kong menyatakan paman Kim dihukum dengan cara membiarkannya dimangsa hidup-hidup oleh 120 ekor anjing.