Senin 06 Oct 2014 08:12 WIB

750 Tahun Lebih Al - Azhar Bangun Peradaban (1)

Masjid Al Azhar, Kairo, Mesir
Foto: .
Masjid Al Azhar, Kairo, Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Dalam peralihan kepemimpinan di Mesir, dari Mursi ke Abdul Fatah al Sisi, kampus al Azhar terlepas dari urusan politik praktis.

Sekarang ini, meskipun kepemimpinan pemerintahan di Mesir terus berubah, al Azhar tetap berdiri tanpa ada gonjang – ganjing politik.

Bagaimana bisa? Kepemimpinan di al Azhar tidak lagi dicampuri pemerintah. Dewan universitas akan memilih siapa yang layak memimpin kampus ini. Siapapun presidennya, tidak bisa lagi menunjuk pemimpin kampus Islam tertua itu.

Renovasi masjid

Masjid tua al-Azhar yang sudah berabad-abad 'direncanakan akan direnovasi. Rencana ini melibatkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk pendanaan.

Masjid ini sering digambarkan sebagai mercusuar Islam moderat. Azhar disebut sebagai pusat kajian Islam dan salah satu lembaga pendidikan tinggi tertua di dunia.

Guru besar ilmu syariat Islam al - Azhar, Dr Muhammad al-Nujaimi, menyatakan, Awalnya, al Azhar tidaklah seperti sekarang ini. masjid ini dibangun untuk menyebarkan paham mazhab Syiah Ismaili yang diadopsi oleh penguasa Mesir pada saat itu.

 

Setelah jatuhnya Dinasti Fatimiyah, Al-Azhar pergi melalui serangkaian perubahan. Terlebih setelah Salahudin al-Ayubi menguasai Mesir, mazhab yang diajarkan beralih ke sunni.

“Dia mengubahnya menjadi sebuah mercusuar bagi seluruh umat Islam, khususnya bagi kaum Sunni," kata Nujaimi. Salahudin menjadikan Al-Azhar menyebarkan pengetahuan dan sains di seluruh dunia Islam.

Antara awal dan pertengahan 1200-an, para sarjana Muslim dari sekolah-sekolah Islam berabad-abad di Andalusia pergi ke Al-Azhar

Sementara itu, dari timur, para sarjana Muslim yang melarikan diri dari invasi Mongol juga berbondong-bondong ke Al-Azhar, memperdalam pengetahuan mereka.

"Pada zaman pemerintahan Mesir Sultan Mohamed Ali Pasha, Al Azhar kembali mengalami modernisasi drastis dan tidak lagi tetap hanya pusat studi ilmu-ilmu Islam tradisional, tetapi universitas modern," kata guru besar Hubungan Internasional di al Azhar, Sayid Nizamuddin Ahmad.

Pada saat itu, Al-Azhar terdiri dari masjid dan universitas. Kampus ini menjadi pusat studi tentang hukum Islam yang diadakan di halaman masjid kemudian tumbuh menjadi perguruan tinggi, yang akan menjadi universitas.

"Ini menjadi awal universitas al-Azhar kembali ke bentuk lama, tidak bentuk modernnya," kata profesor bidang perbandingan mazhab, Soad Saleh, kepada al arabiya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement