Selasa 07 Oct 2014 17:20 WIB

Jumlah Perokok di Kalangan Muda Australia Menurun

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Sebuah penelitian terbaru menunjukkan tingkat merokok di kalangan anak muda di Australia terus menurun. Sejumlah peneliti mengatakan penyebabnya adalah larangan memanjang rokok di toko-toko.

Laporan dibuat oleh Institut Kanker di New South Wales. Institut ini ingin melihat bagaimana dampak dari pelarangan memajang rokok di toko-toko dan supermarket.

Mereka pun melakukan penelitian dampak pelarangan pada anak-anak muda, yang melibatkan lebih dari 6 ribu orang di New South Wales dan Queensland, berusia 12 hingga 24 tahun.  "Hasilnya, kita melihat jumlah perokok di kalangan anak muda telah menurun dari 15 persen menjadi 11 persen, yang berarti berada pada posisi paling rendah," ujar Profesor Currow baru-baru ini.

"Dengan menyembunyikan rokok-rokok [di toko-toko], menolong anak-anak muda untuk menjadi lupa, sehingga mengurangi anggapan kalau orang-orang merokok, dan lebih penting lagi menurunkan angka merokok di kalangan anak muda."

Banyak tanda larangan merokok di jalanan Australia.

Salah satu perokok muda, mengaku kalau rokok-rokok yang tidak lagi keliatan di toko-toko sangat menolongnya.

"Ya, sangat menolong, karena kita jadi tidak bisa melihat, Sama halnya saat kita melihat ada teman yang merokok, kita jadi ingin merokok, tapi kalau tidak melihat siapa-siapa, kita juga jadi malas merokok, bukan?" ujar Jessica, warga Sydney berusia 17 tahun yang sudah merokok sejak usia 13 tahun.

Kini ia mengaku kalau sudah mengurangi rokok hingga setengah dari jumlah biasanya.

Sementara itu juru bicara British American Tobacco mengatakan bahwa penurunan tingkat penjualan masih belum menemukan adanya dampak dari pelarangan memajang rokok di toko-toko. Menurutnya penurunan penjualan bisa saja disebabkan karena kenaikan harga.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement