REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Negara Arab dan negara sekutu lainnya tercatat hanya melakukan sekitar 10 persen serangan terhadap ISIS di Irak dan Suriah sejak awal Agustus silam.
Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat pertahanan AS pada Senin (6/10) lalu. Data lain diungkapkan oleh pejabat dan Pusat Komando AS menunjukkan jumlah serangan udara yang meningkat yang dilakukan di Irak sejak 8 Agustus silam hingga diperluas di Suriah pada 23 September.
“Pesawat AS dan negara koalisi lainnya telah terbang lebih dari 4.800 kali dalam serangan udara,” ujar si pejabaat dikutip dari The Guardian, Selasa (7/10).
Menurut pejabat tersebut, pesawat AS dan koalisi lainnya juga telah menjatuhkan hampir seribu bom dalam waktu kurang dari dua bulan. Berdasarkan data dari Pusat Komando, perlengkapan militer yang digunakan sejauh ini menghabiskan dana sebesar 62,4 juta dolar AS.
Pesawat tempur AS telah melancarkan 1.768 serangan udaranya sejak 8 Agustus. Sedangkan, pesawat tempur dari negara koalisi lainnya hanya melakukan sekitar 195 serangan udara terhadap ISIS.
Jumlah ini tentu saja menunjukkan peran dominan dari militer Amerika Serikat dalam serangan udara melawan ISIS. Namun, pejabat Pentagon menekankan peran Arab dan negara Eropa lainnya semakin meningkat.
Negara Arab yang turut terlibat dalam operasi di Suriah, Bahrain, Yordania, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab tak ingin mengungkapkan rincian partisipasi mereka dalam serangan udara.
Meskipun begitu, bagi Washington dan negara Barat, kehadiran negara-negara Arab membawa simbol yang penting dalam memerangi Islam.