REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dua Korea kembali terlibat pertengkaran. Kali ini medannya adalah perairan perbatasan semenanjung barat Korea Selatan dekat pulau Yeonpyeong. Kapal patroli Korea Utara dan kapal angkatan laut Korea Selatan terlibat baku tembak sekitar pukul 10 pagi waktu setempat, Selasa (7/10).
Menurut pemerintah pertahanan Korsel, baku tembak kali ini dipicu kapal patroli Korut melanggar batas maritim Korsel. Juru bicara militer Korsel mengatakan mereka telah memberi pesan dan tembakan peringatan. Namun kapal Korut menembak balik.
Akhirnya kedua Korea pun terlibat baku tembak. Beberapa saat kemudian kapal Korut mundur. BBC melaporkan tidak ada korban luka maupun kerusakan berarti. Kontributor BBC, Steve Evans di Seoul mengatakan pertempuran maritim di daerah tersebut cukup sering terjadi.
Sekitar dua minggu lalu, baku tembak serupa terjadi. Pelaut dari dua kubu dilaporkan tewas. Pada 2002, baku tembak antara dua negara menewaskan 13 pelaut Korut dan lima pelaut Korsel. Sementara 2010, empat pelaut Korsel terbunuh karena tembakan artileri Korut.
Area ini memang rawan karena Korut tidak mengakui perbatasan tersebut. Sering kali Korut melanggar dengan melewatinya. Pada 2010, kapal angkatan laut Korea Selatan yang berpatroli di daerah itu terkena serangan torpedo dan tenggelam seketika.
Insiden ini menewaskan 46 pelaut di kapal. Korea Selatan menyalahkan Korut atas serangan itu, tetapi Pyongyang menyangkal keterlibatannya. Serangan menyebabkan Korsel memutus semua hubungan politik dan komersial dengan Korut kecuali untuk zona pabrik di kota Kaesong, Korut dimana perusahaan Korsel mengoperasikan fasilitas manufaktur.
Dalam beberapa tahun terakhir, Seoul telah memungkinkan kelompok-kelompok swasta kecil untuk mengunjungi Korut, sebagian besar pada perjalanan kemanusiaan atau agama.
Evans mengatakan insiden terbaru baku tembak ini kemungkinan tidak akan menggagalkan pembicaraan damai antara dua negara. Pasalnya insiden ini terjadi tiga hari pasca persetujuan Korut untuk melanjutkan pembicaraan tingkat tinggi dengan Korsel.
Akhir pekan lalu, delegasi tingkat tinggi Korut, pembantu Kim Jong Un bidang militer melakukan kunjungan tiba-tiba ke pejabat-pejabat Korsel. Mereka sepakat untuk melanjutkan dialog mengenai peningkatan hubungan yang terpotong pada bulan Februari.