REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Pertempuran India dan Pakistan memasuki hari kedua, Selasa (7/10). Pasukan dari kedua negara saling menembakan peluru dan mortar melintasi perbatasan antara Kashmir dan Pakistan. Keduanya sama-sama menuduh provokasi kekerasan dilakukan lawan.
Polisi dari kedua negara mengatakan baku tembak terjadi semalaman. Dilaporkan seorang warga Pakistan tewas dan 22 orang terluka. Pertempuran di hari pertama menewaskan sembilan warga sipil. Sekitar 10 ribu orang penduduk sekitar melarikan diri dari perbatasan untuk keselamatan.
Televisi Pakistan dan India menunjukan tayangan rumah-rumah dihancurkan dengan mortar dan peluru. Kekerasan ini adalah salah satu yang terburuk sejak gencatan senjata 2003. Sementara pertempuran kecil sudah umum terjadi.
Banyak warga kaget dengan pertempuran ini karena terjadi selama liburan umat Muslim dalam Idul Adha. Bahkan hingga meninggalkan korban warga sipil. ‘’Mereka telah membuat pesta kami hancur,’’ kata Fazal Hussain, seorang warga desa Harpal Pakistan dikutip AP.
"Kami mengubur saudara-saudara kami dan membawa saudara yang terluka ke rumah sakit, bukannya merayakan Idul Adha," kata dia. Polisi Pakistan Mohammad Anwar mengatakan mortar India menghancurkan rumah-rumah dan ladang di desa Bhagiari. Pemilik rumah tewas dan enam lainnya luka.
Seorang warga, Latif Shaikh mengatakan sebuah tembakan menyasar rumah saudaranya, menembus tanah dan meledak. Mereka berlarian di tengah kegelapan dan bersembunyi di belakang mesjid. Kekerasan terjadi di sekitar 200 km perbatasan antara provinsi Punjab Pakistan dan Kashmir India.
Pakistan juga dilaporkan mengambil alih wilayah utara Kashmir tapi tidak dilaporkan ada korban. Di kota Arnia India, mortar menyapu sebuah toko dan membuat lubang di atap. Tiga orang terluka. Warga sipil yang panik melarikan diri dari area perbatasan.
"Semua desa di bentangan perbatasan terkena imbas pertempuran, ribuan orang mengungsi dari rumah-rumah mereka ke tempat yang lebih aman," kata polisi Pakistan, Shams Uddin. Pejabat India menolong lebih dari 20 ribu penduduk Arnia. Ribuan orang telah dievakuasi dari desa tempat tinggal pada Senin.
Selasa pagi, lebih dari 10 ribu orang telah berada di tempat perlindungan pemerintah India. Sementara ribuan lainnya memilih tinggal di rumah kerabat atau teman. Sementara pertempuran terjadi semalaman, warga sempat kembali ke rumah untuk menyetok makanan dan keperluan lain.
Dua negara tetangga ini telah melestarikan perang sejak 1947 berebut wilayah Himalaya. Kelompok Observer Militer PBB di India dan Pakistan merencanakan kunjungan ke sepanjang perbatasan pasca protes.
"Sangat disayangkan bahwa pemerintah India tidak mampu menahan pasukannya dibanding melayangkan protes diplomatik," kata penasehat keamanan nasional PM Pakistan Nawaz Sharif, Sartaj Aziz dalam pernyataannya.
Ia mengatakan telah menyeru pemerintah India untuk segera melakukan gencatan senjata dan melindungi warga. Pada Senin, Menteri dalam negeri India Rajnath Singh mengatakan Pakistan harus menghentikan intervensi gencatan senjata yang dilakukan.
Kekerasan minggu ini diikuti oleh beberapa pertemuan antara beberapa komandan dari dua negara. Mereka menyeru untuk meredakan ketegangan. Pemerintah AS menyatakan keprihatinannya. "Kami terus mendorong pemerintah India dan Pakistan melakukan dialog lebih lanjut untuk mengatasi masalah ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki di Washington, Senin.