Rabu 08 Oct 2014 16:36 WIB

Abbott Larang Ulama Penyebar Kebencian Masuk Australia

Tony Abbott
Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte
Tony Abbott

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott berencana untuk melarang ulama yang sifatnya dapat menyebarkan kebencian untuk memasuki negaranya demi mencegah masuknya ideologi ekstrimis.

Langkah ini dipicu setelah rencana kuliah publik oleh kelompok Hizbut Tahrir untuk melakukan ceramah di Sydney mengenai aksi militer Amerika Serikat di Irak dan Suriah yang bertajuk "Perang Untuk Mengakhiri Revolusi yang Diberkati".

Abbott menambahkan bahwa siapa saja yang ingin menciptakan kekacauan di negaranya tidak akan diterima di Australia.

"Selama bertahun-tahun banyak orang datang ke negara ini untuk menimbulkan masalah, membuat gangguan, serta mengadu domba warga Australia lainnya, itu yang membuat saya prihatin, ini harus dihentikan," kata Tony Abbott seperti dilansir dari AFP, Rabu.

"Saya katakan bagi orang-orang dari luar negeri yang ingin datang ke sini untuk menyebarkan ideologi ekstremis, memecah warga Australia, memiliki maksud terselubung atau secara terselubung mendukung terorisme, jangan mengajukan permohonan," kata Perdana Menteri Australia tersebut.

Abbott mengatakan diperlukan koordinasi yang lebih baik antara badan keamanan dan departemen imigrasi untuk mengidentifikasi siapa yang termasuk dalam kategori tersebut.

"Pejabat Imigrasi bisa menandai mereka yang mengajukan permohonan visa, dan dapat menolak visa untuk orang-orang yang datang ke negara ini untuk menyebarkan ideologi ekstrim dan asing," tambah Abbot.

Menurut undang-undang baru Australia yang rencananya akan diperkenalkan sebelum akhir tahun 2014 menegaskan bahwa segala tindakan mendukung terorisme adalah ilegal di Australia, dan Abbot menambahkan pemerintah akan "mengkaji kembali permohonan dari Hizbut Tahrir" ketika UU tersebut diberlakukan.

Menurut brosur acara ceramah yang telah direncanakan tersebut menyatakan seolah-olah menuduh Amerika menyerang revolusi Suriah melalui intervensi di Irak.

"Amerika memulai perang dengan mengumpulkan boneka dan sekutu untuk menyerang revolusi Suriah dengan mengintervensi Irak sebagai alasan," demikian tertulis di brosur tersebut.

Amerika Serikat memimpin koalisi internasional dalam misi menekan kegiatan kelompok Negara Islam (IS). Australia juga telah memulai misi tempur udara di Irak namun belum menjatuhkan bom sama sekali.

Hizbut Tahrir, yang menggambarkan dirinya sebagai "partai politik berideologi Islam", memiliki sejarah panjang di Australia dan awal tahun ini terpaksa membatalkan ceramah di Sydney Opera House.

Juru Bicara Hizbut Tahrir Utsman Badar menuduh Abbott berusaha untuk membungkam perbedaan paham politik.

"Kami telah lama menjadi objek percobaan pemerintah untuk membungkam perbedaan pendapat atas kebijakan luar negeri yang tidak adil dan kejam," katanya.

"Tidak ada pembicara internasional yang akan menghadiri ceramah pada Jumat itu," tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement