REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sebanyak 14 orang tewas dalam unjuk rasa pro-Kurdi di Turki tenggara, yang marah pada pemerintah karena tidak bertindak terhadap kelompok garis keras di Suriah, kata pejabat, Rabu (8/10).
Delapan orang tewas di kota Diyarbakir, yang berpenduduk mayoritas Kurdi, tempat kerusuhan paling hebat terjadi pada Selasa malam hingga Rabu siang, kata pejabat keamanan setempat.
Bentrokan dengan polisi menimbulkan kerusakan luas di kota itu dengan sejumlah toko dan bus-bus dibakar. Para korban tewas terjadi dalam protes-protes rusuh di Mardin, Siirt, Batman dan Mus, semua kota itu terletak di Turki tenggara.
Dalam satu tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam tahun-tahun belakangan ini, tentara Turki digelar di jalan-jalan sejumlah kota Dyarbakir, Mardin dan Van untuk memberlakukan jam malam. Sekolah-sekolah ditutup di Diyarbakir dan perkelahian berhenti, kata laporan-laporan.
Protes-protes pertama meletus malam Senin tetapi bentrokan Selasa lebih keras. Polisi juga menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan para pengunjuk rasa yang pro Kurdi.
Pemerintah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa sejauh ini tidak melakukan intervensi militer terhadap para petempur ISIS yang berperang untuk menguasai kota perbatasan Kobane yang berpenduduk mayoritas Kurdi di Suriah. Sikap pemerintah itu membuat para warga Kurdi Turki marah.