Rabu 08 Oct 2014 22:54 WIB

Sindikat Kejahatan Internasional Picu Maraknya Barang Palsu di Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sindikat kejahatan terorganisir menjadi dalang dibalik melonjaknya peredaran barang palsu di Australia. Mereka tengah mencari pasar baru untuk produk mengandung zat berbahaya, mulai dari cat, racun tikus hingga cairan antibeku.

Pihak bea cukai Australia memaparkan hal itu dalam program ABC 7.30.  Lembaga tersebut mengatakan saat ini tidak hanya kaca mata hitam dan tas bermerek saja yang dipalsukan. Tapi trend mengkhawatirkan yang terjadi belakangan ini adalah meningkatnya peredaran produk obat, suku cadang mobil dan penerbangan palsu di Australia.
Komandan Bea Cukai NSW, Tim Fitzgerald mengatakan produk-produk palsu ini sangat berbahaya bagi keselamatan konsumen. “Barang-barang palsu ini seperti misalnya sikat gigi yang mengandung timbal, itu akan dimasukan ke dalam mulut konsumen ketika menggosok gigi,” ujarnya baru-baru ini.

Dalam tur ke gudang Bea Cukai, tim ABC 7.30 diperlihatkan gudang yang penuh dengan tumpukan barang palsu yang berhasil digagalkan petugas bea cukai dan tidak lolos alat pemindai yang akan dijadikan barang bukti atau dimusnahkan.

Diantaranya ada penyaring minyak dan penyaring udara Toyota.

"Setelah diteliti ternyata produk ini tidak benar-benar menyaring minyak dan itu tentu saja dapat membahayakan mesin dan penumpang yang menggunakan kendaraan tersebut,” kata Fitzgerald.

Ada juga sejumlah besar telepon selular palsu, batere laptop yang bentuknya tampak telah memenuhi standard keamanan produk buatan Australia namun ternyata mengandung sejumlah zat berbahaya. "Kadang-kadang ada Acid yang meleleh keluar dari batere, dan ketika anda menyambungkan batere itu ke saklar listrik maka akan bisa langsung terbakar, hal-hal berbahaya seperti itu,”

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement