Rabu 08 Oct 2014 22:55 WIB

Di Australia, Viagra Paling Banyak Dipalsukan

Viagra (Ilustrasi)
Foto: The Independent
Viagra (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pihak universitas dan swasta di Australia kini ikut terlibat dalam kerja sama internasional mencegah peredaran produk palsu. Aksi ini dilakukan menyusul makin maraknya peredaran barang palsu di Negeri Kangguru ini.

Professor Natalie Stoianoff dari Institut Australia-China di Universitas teknologi Sydney mengatakan risiko yang ditanggung konsumen akibat produk palsu ini sangat besar. "Obat palsu yang beredar bisa membuat orang meninggal, begitu juga dengan produk kosmetika palsu. Bisa membuat kulit penggunanya terbakar,” kata Professor Stoianoff.

Sementara perusahaan Pfizer Australia mengatakan obat yang aling banyak dipalsukan adalah Viagra, dimana di Australia saja sudah ada 6 ribu butir pil Viagra palsu yang diamankan. Dan setelah dites Viagra palsu itu mengandung sejumlah zat yang sangat mengerikan. Mulai dari cat, racun, besi, kapur, racun tikus, cairan anti beku dan tinta yang memungkinkan semua zat itu tercampur rata.

Sindikat kejahatan internasional terlibat

Sementara itu CEO Bea Cukai Australia, Roman Quaedvlieg mengatakan produk palsu semakin menjadi ancaman yang juga dihadapi bea cuka lain di banyak negara. "Mitra kita di lembaga PBB yang menangani masalah narkoba dan kejahatan di Europol mengatakan sindikat kejahatan internasional merupakan dalang dibalik peredaran produk palsu ini.

“Mereka mendanai berdirinya pabrik-pabrik industri rumahan yang memproduksi produk palsu,” papar Quaedvlieg baru-baru ini.

Diduga China merupakan negara pemasok produk palsu terbesar di dunia yang beredar di Australia. Namun menurut Quaedvlieg sindikat kejahatan internasional melihat produk palsu sebagai sumber pendapatan baru mereka.

 

Pihak Bea Cukai Australia sendiri mengaku sudah menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga penegak hukum lain di seluruh dunia untuk mengatasi kelompok kriminal di negara-negara asal mereka daripada menunggu produk mereka tiba di Australia.

 

sumber : abc news
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement