REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Slowakia takkan mengirim tentara untuk memerangi anggota Negara Islam, tapi mempertimbangkan cara lain untuk membantu, kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Slowakia Martina Ballekova pada Rabu (8/10).
Menteri Urusan Eropa dan Luar Negeri Miroslav Lajcak pada September menyatakan bahwa Slowakia mungkin menyediakan pelatihan buat personel militer Irak dan Kurdi dalam menghadapi gerilyawan Negara Islam (IS) di wilayah Irak.
"Kita harus menghentikan fenomena ini, atau mereka mungkin mengetuk pintu rumah kita sebelum kita mengetahuinya," kata Lajcak saat itu, sebagaimana diberitakan Xinhua, Kamis pagi (9/10).
Koalisi pimpinan AS, yang muncul kurang dari dua bulan lalu, telah menjatuhkan hampir 1.000 bom di posisi Negara Islam.
Kelompok fanatik Negara Islam menarik perhatian masyarakat internasional pada Agustus, ketika anggota kelompok tersebut dan dari milisi lain menguasai kota Mosul di Irak Utara, dan kemudian mengendalikan banyak wilayah di sebelah utara dan barat Ibu Kota Irak, Baghdad.
Pemerintah Barat khawatir terhadap kemungkinan IS melakukan serangan di luar negeri, namun ketakutan terbesar mereka saat ini adalah penguasaan wilayah kelompok tersebut di Irak serta kemungkinan kembalinya gerilyawan luar negeri ke tanah air mereka.
Pada Senin (6/10), anggota IS merebut tiga permukiman di Kota Kobane, yang kebanyakan warganya adalah suku Kurdi, di Suriah Utara, kata kelompok oposisi Obsersvatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Serangan anggota IS tersebut terhadap Permukiman Kabi Araban, Kota Industri, dan Maqtala Al-Jadeeda di bagian timur Kobane dilancarkan setelah bentrokan sengit kelompok fanatik itu dengan kelompok Kurdi, Persatuan perlindungan Rakyat, atau YPG, kata Observatorium tersebut.
Kobane, yang juga dikenal dengan nama Ayn Al-Arab, telah menjadi sasaran serangan gencar oleh anggota IS selama dua pekan sebelumnya. Petempur IS telah merebut ratusan desa Kurdi di sekitar Kobane, sehingga memaksa puluhan ribu orang menyelamatkan diri.