REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang anggota staf yang bekerja buat misi pemelihara perdamaian PBB di Liberia telah diperiksa positif tertular Ebola, kata seorang juru bicara PBB pada Rabu (8/10).
Kepala Misi PBB di Liberia (UNMIL) Karin Landgren mengkonfirmasi staf itu adalalah anggota kedua misi tersebut yang terserang Ebola, kata Stephane Dujarric dalam satu taklimat harian di Markas PBB, New York. Ia menyatakan staf pertama meninggal pada 25 September.
Seluruh jumlah kasus dugaan, kemungkinan dan yang dikonfirmasi akibat wabah Ebola di Afrika Barat ialah 8.033 dengan 3.879 kematian, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu.
"Misi tersebut telah melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah setiap penularan lebih lanjut di dalam atau luar misi itu," kata Dujarric, yang mengutip Landgren, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Dujarric mengatakan misi PBB itu telah melakukan pelacakan kontak guna menjamin semua orang yang telah mengadakan kontak dengan kedua staf PBB tersebut diperiksa dan dikarantinakan.
Semua staf UNMIL yang dianggap beresiko tinggi telah diisolasi. Sementara itu, ambulans dan lokasi lain telah didekontaminasi, ia menambahkan.
Ebola telah menyerang 7.200 orang di Afrika Barat, menewaskan lebih dari 3.400 di antara mereka dalam penyebaran terbesar penyakit itu dalam sejarah. banyak kasus juga telah masuk ke Nigeria, Senegal dan Amerika Serikat.
Pusat Pencegahan dan Pengedalian Penyakit Eropa (ECDC), yang memantau penyakit di Uni Eropa, pekan ini mengatakan bahwa meskipun resikonya kecil bahwa mereka yang melakukan perjalanan membawa Ebola tanpa mengetahuinya, pihak kesehatan masyarakat "dapat secara efisien mendekteksi dan mengkonfirmasi kasus penyakit Ebola lalu mencegah penyebarannya".
Beberapa negara Eropa --termasuk Prancis, Inggris, Belanda, Jerman, Swiss, Norwegia dan Spanyol-- telah merawat pasien yang dipulangkan setelah terinfeksi penyakit itu di Afrika Barat, tempat Ebola merebak di Guinea, Sierra Leone dan Liberia sejak Maret.