Kamis 09 Oct 2014 21:37 WIB

Alhamdulillah, Berbagai Kelompok Agama di Australia Tolak Diskriminasi terhadap Muslim

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sejumlah anggota dari berbagai kelompok agama di Australia berkumpul di depan Gedung Parlemen, Canberra. Mereka sepakat  untuk bersatu melawan rasisme dan diskriminasi, utamanya yang ditujukan kepada kaum Muslim.

Para penggagas pertemuan ini terpicu oleh kekhawatiran yang disebabkan undang-undang anti-terorisme baru, yang diusulkan Pemerintah Federal Australia. Termasuk desakan Ketua DPR untuk membuat aturan baru bagi para pengunjung Gedung Parlemen yang menutupi wajah mereka.

Mereka mengatakan, para peserta pertemuan ini juga khawatir bahwa ucapan tajam dan berpotensi memecah belah, yang dilontarkan para politisi dan media ketika membahas langkah-langkah tersebut, telah memicu kebencian terhadap komunitas Muslim.

Kelompok agama yang hadir pada pertemuan itu meliputi kelompok penganut Budha, Hindhu, Persatuan Gereja di Australia, dan sejumlah forum komunitas multi-agama.

Ketua Forum Komunitas Multikultural Canberra, Diana Abdel-Rahman, mengungkapkan, ia berharap kekompakan kelompok agama ini akan memberi pesan yang jelas. “Tujuan dari pertemuan di depan Gedung Parlemen ini adalah sebagai pengingat bahwa bangunan ini adalah kursi dari demokrasi kita. Beberapa perjuangan penting kita dalam meraih kebebasan, kini, tererosi oleh hukum yang tampaknya mengebiri kebebasan berbicara pada banyak level,” jelasnya baru-baru ini.

Pendeta Ivan Roberts dari Persatuan Gereja di Australia menyebut, pertemuan ini adalah penanda yang tepat untuk membuat perubahan dalam cara berpikir nasional.

"Australia telah kehilangan arah hanya dalam beberapa bulan terakhir ini, bahkan mungkin lebih lama, ketika kita membiarkan peluang terorisme dan prasangka yang penuh ketakutan untuk  masuk ke dalam jantung masyarakat kita," katanya.

Ia berujar, “Kita harus mengubah sikap dan pemahaman kita tentang apa artinya menjadi satu di Australia.

Mohammed Ali dari lembaga ‘Forum Australia’ menuturkan, warga Muslim merasa takut dan tak nyaman dengan situasi politik saat ini.

“Mereka memiliki sentimen yang berkembang bahwa mereka tak dipahami secara benar oleh warga Australia kebanyakan. Permintaan saya sebagai anggota komunitas Muslim adalah bahwa kita memperkuat nilai-nilai Australia dan itu adalah kesempatan yang adil bagi semua,” utaranya.

Pendeta Ivan menutup pertemuan dengan doa bersama.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement