REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Koalisi serangan udara AS semakin ditingkatkan terhadap ISIS. Kelompok militan ini tengah menyerbu kota Kobane di Suriah.
Pusat Komando AS mengatakan pesawat tempur Amerika Serikat dan Yordania kembali melakukan delapan serangan udara terhadap ISIS di sekitar Kobane. Sehingga total koalisi melakukan 14 serangan dalam sehari dan 19 serangan bom di dekat kota itu sejak Selasa.
Serangan udara terbaru di dekat kota Kobane itu menghancurkam lima kendaraan bersenjata, depot pasokan ISIS, sebuah pusat komando, daerah logistik, dan delapan barak. Serangan udara lainnya yang dilakukan di barat daya Raqqa menghancurkan empat kendaraan bersenjata dan merusak dua kendaraan lainnya.
Aljazeera melansir, jet tempur AS dan pesawat udara lainnya terus melancarkan serangan bomnya di Irak dan salah satu serangan menghantam barat laut Ramadi, satu di Mosul, dan di selatan Kirkuk.
"Para milisi Kurdi di sana masih melanjutkan kendalinya di sebagian besar kota tersebut dan melawan ISIS," kata Pusat Komando dalam pernyataannya.
Laporan terakhir mengatakan sekitar 200 ribu orang telah mengungsi dari Kobane dan dari desa sekitarnya sejak pertempuran terjadi. Pada Rabu, Presiden AS Barack Obama mengatakan AS akan tetap meningkatkan perlawanan terhadap ISIS.
"Ini merupakan misi yang sulit," kata Obama saat bersama dengan Menteri Pertahanan Chuck Hagel dan komandan militernya di Pentagon.
"Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, hal ini bukan sesuatu yang dapat diselesaikan dalam semalam," tambahnya.
Dua bulan setelah AS melancarkan serangan udaranya di Irak yang kemudian diperluas ke Suriah, ISIS masih melanjutkan serangannya dan berupaya memperluas wilayah di Irak dan Suriah. Sebelumnya, pada Rabu, Pentagon mengakui Kobane dapat jatuh ke tangan ISIS dan wilayah lainnya pun masih dapat dikuasai oleh ISIS.
Juru bicara Laksamana John Kirby mengatakan para pemberontak bersenjata hanya dapat dikalahkan oleh pasukan lokal. Termasuk pemberontak moderat di Suriah dan pasukan pemerintah Irak serta pasukan Kurdi.
Ia menambahkan, perlu waktu untuk melatih dan mempersenjatai pasukan yang dapat bertempur dan bekerja sama dengan penasehat militer AS.
"Kami tidak memiliki pasukan di dalam Suriah yang dapat bekerja sama," kata Kirby. Sementara itu, di Gedung Putih, penjabat mengakui kekuatan udara saja tidak akan cukup.