REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalia Mogahed menempatkan dirinya dalam sorotan internasional ketika dia menjadi penasehat Presiden Amerika Serikat Barack Obama di bidang dunia Islam. Perempuan kelahiran Mesir tersebut adalah presiden dan direktur eksekutif Mogahed Consulting.
Perusahaannya itu mengkhususkan diri pada komunitas Muslim dan Timur Tengah. Dia merupkan penulis pembantu buku Who Speaks For Islam? What a Billion Muslims Really Think.
Buku tersebut ditulis berdasarkan riset selama enam tahun dan lebih dari 50 ribu wawancara. Mogahed telah secara luas diakui sebagai perempuan Arab paling berpengaruh di dunia.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar An Nahar, dikutip dari Now, Jumat (10/10), Dalia mengatakan ia dipilih oleh Obama karena penelitian yang dilakukannya di Gallup Center yang mengumpulkan pendapat Muslim di dunia. Menurutnya, dia dipilih berdasarkan pendidikannya, bukan afiliasi politik.
Dalia bertugas sebagai konsultan di Dewan Antaragama Bidang Dunia Islam. Organisasi tersebut berfungsi menjembatani antara pemerintah federal dengan organisasi nonprofit. Dia menjadi Muslim pertama dan berjilbab yang menduduki posisi di Gedung Putih.
Meski demikian, Dalia tetap merendah. Dia mengatakan pengaruhnya tidak sebesar yang diberitakan di media. Dia bahagia jika posisi yang dipegangnya menginspirasi perempuan muda bahwa meski mereka berjilbab, mereka bisa menjadi apapun yang mereka mau.
Dalia menyadari tanggung jawab yang diembannya sangatlah besar. Namun, dia mengatakan dirinya tidak berbicara dengan mengatasnamakan seluruh Muslim. Dia hanya ingin menyampaikan apa yang dipikirkan Muslim dengan menggunakan riset survei ilmiah.
"Dengan alat tersebut, kita bisa mengetahui apa yang sebagian besar orang pikirkan dan rasakan, mendengar suaranya dan memahami mereka. Tugas saya menyampaikan informasi ini kepada dunia," ujar dia.
Dalia mengambil jurusan Teknik Kimia. Namun, dia sering menulis di surat kabar mahasiswa tentang Timur Tengah. Dia juga mendirikan organisasi untuk mengedukasi masyarakat di kawasan itu.
"Isu internasional selalu menjadi hasrat saya," katanya.
Ketertarikannya pada dunia riset dimulai saat dia bergabung dalam penelitian Procter & Gamble mengenai konsumen. Dia mengaku takjub bisa mempelajari pandangan orang-orang dan mengubahnya menjadi gagasan produk.