REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kelompok Amnesty Internasional menyebutkan milisi Syiah di Irak telah menculik dan membunuh puluhan warga sipil Sunni dalam beberapa bulan ini. Aksi ini merupakan serangan balas dendam terhadap kelompok ekstrimis ISIS.
Amnesty mengatakan para milisi tersebut didukung dan dipersenjatai Pemerintah Irak. Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi sebelumnya mengakui tindakan pasukan keamanan yang berlebihan tersebut dan berjanji akan memimpin semua warga Irak.
Namun ia tidak memberikan tanggapannya terkait tuduhan yang dilaporkan oleh kelompok Amnesty itu. Laporan Amnesty tersebut menyebutkan secara rinci serangan sektarian tersebut dilakukan oleh kelompok milisi di Baghdad, Samarra, dan Kirkuk.
Lanjutnya, puluhan mayat telah ditemukan dan menyatakan terdapat eksekusi massal. Masih banyak juga warga hilang yang masih belum terhitung.
Amnesty mengatakan di Samarra yang mayoritas dihuni oleh warga Sunni, terdapat lebih dari 170 warga Sunni diculik sejak Juni. Lebih dari 30 orang diculik di dekat atau di rumah mereka setiap harinya.
"Aksi pembunuhan ini merupakan bentuk balas dendam atas serangan terhadap kota tersebut oleh ISIS," kata kelompok itu.
Sementara itu, ISIS menyatakan telah menguasai dan memperbudak wanita dan anak-anak dari komunitas Yazidi. Mereka mengatakan para wanita dan anak-anak telah ditahan di sekitar kota Sinjar di utara Irak.
Kemudian mereka pun dipisahkan berdasarkan syariah anggota ISIS yang berpartisipasi dalam operasi mereka. Sejumlah wanita tersebut dilaporkan telah dijual.