REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan, kesepakatan nuklir dengan Barat pasti akan terjadi. Ia pun percaya bahwa hal itu dapat dicapai dengan tenggat waktu satu bukan, tepatnya 24 November.
"Kami telah mencapai konsensus tentang generalisasi dan hanya ada rincian yang dikerjakan, apakah kita akan mencapai kesepakatan dalam 40 hari kedepan, bagaimana jika waktu tersebut akan diperpanjang, dan lainnya," ujar Rouhani yang disiarkan secara langsung, kemarin.
Seperti yang dilansir, Reuters (13/10), Rouhani menambahkan bahwa rincian itu pun juga penting. Tetapi, yang lebih penting adalah masalah nuklir tidak dapat diubah.
"Saya pikir penyelesaian akhir dapat dicapai dalam waktu yang tersisa yaitu 40 hari. Kami tidak akan kembali ke situasi tahun lalu," lanjutnya.
Ia berkata, dunia telah lelah dan ingin mengakhirinya, oleh karena itu harus diselesaikan melalui negosiasi. Selain itu, Rouhani pun memantapkan hati untuk mendirikan pemukiman nuklir, bahkan bersumpah untuk menerapkan semua upaya untuk menuju arah itu.
Sebuah moderat telah rampung pada 14 bulan yang lalu. Yang mana, hal itu sebagai janji-janji untuk mengakhiri permusuhan dengan barat. Mengingat bahwa dilema selama 12 tahun itu tidak bisa diselesaikan hanya dalam semalam.
Diagendakan, pada akhir pekan ini diplomat Amerika Serikat, Iran dan Uni Eropa akan bertemu untuk putaran lainnya pembicaraan itu di Wina. Dimana, pertemuan itu bertujuan untuk mendorong kesepakatan menjelang batas waktu 24 November mendatang.
Kelompok P5 + 1 yang terdiri dari Amerika Serikat, Cina, Jerman, Rusia dan Inggris telah mengadakan serangkaian pertemuan dengan Iran. Dimana pertemuan itu untuk mengekang nuklir negara itu yang dikhawatirkan membahayakan dunia, karena kegiata aktif dalam pengayaan uranium.
Barat berharap dapat menyelesaikan masalah nuklir tersebut dan akan meredakan ketegangan. Selain itu, dapat mencegah pula konflik skala besar di Timur Tengah, mengingat Israel dan Iran terus bersih tegang.
Teheran membatah ambisi tersebut dan bersih keras bahwa program pengayaan uranium tersebut, dirancang untuk menghasilkan listrik dan untuk penelitian ilmiah.
Seorang pejabat AS mengatakan, kesepakatan ini memiliki kecenderungan batas waktu. Meskipun begitu, kedua pihak tetap memutuskan untuk membagi beberapa ruang lingkup, seperti masa depan pengayaan uranium Iran, yang memiliki kemurnian tinggi dan dapat digunakan sebagai bom.