REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Beberapa tahun lalu, masih banyak dijumpai sejumlah warga Australia membuang-buang air secara percuma. Namun ketika kekeringan mereda, banyak warga Australia mulai melupakan krisis air di negaranya.
Warga Australia menggunakan air per karpita paling banyak dibanding warga negara lain di dunia. Dengan tekanan populasi yang meningkat, ketahanan air segera menjadi masalah lingkungan yang utama, yang tengah dihadapi dunia.
Lembaga ‘Arup Australasia’ mengatakan, sektor pertanian dan peternakan di Australia menggunakan sekitar 65% dari total konsumsi air. Seiring dengan meroketnya konsumsi daging secara global, tentu saja data tersebut akan meningkat.
Pimpinan ‘Arup Australasia’, Daniel Lambert, mengatakan, Australia harus mempertimbangkan kembali produksi agrikultural-nya. “Salah satu yang kami amati adalah jenis tanaman yang kami tanam. Tanaman apa yang tepat bagi Australia? Produksi tipe apa yang harus dilakukan? Dan apa yang dimaksud dengan mampu bertahan secara ekonomi?. Penting untuk membuat rencana masa depan ketimbang bertindak reaktif,” jelasnya baru-baru ini.
Ia mengatakan, masuk akal untuk menanam tanaman yang membutuhkan banyak air, seperti padi di Asia, karena ada banyak curah hujan.
Petani padi, Les Gordon, mengatakan, industrinya telah membuat perubahan secara bertahap dalam manajemen air selama beberapa dekade terakhir. “Kami memproduksi lebih banyak makanan per megaliter ketimbang sebelumnya. Tapi itu semua tak melulu soal air. Ini juga menyangkut penelitian dan pengembangan tanaman padi. Masalah lain yang muncul adalah, apa yang disebut sebagai penggunaan air yang efisien kemungkinan tak efisien secara energi,” sebutnya.
Ia menuturkan, “Bahkan jika anda menghemat air dengan sistem manajemen air yang berbeda, anda kemungkinan memiliki input energi yang besar untuk mengatur sistem itu.”