REPUBLIKA.CO.ID, ALJIER -- Puluhan polisi Aljazair berpawai di Ibu Kota negeri itu, Aljier, Selasa (14/10), sementara anggota pasukan keamanan di negeri tersebut menyelenggarakan aksi duduk di luar kantor pemerintah dan menyerukan perbaikan kondisi kerja.
Personel polisi anti-huru-hara di bagian tenggara negeri itu melancarkan pemogokan pada Senin (13/10). Mereka mengeluhkan kondisi kerja yang berat dan mengatakan pemerintah telah gagal menanggapi keluhan mereka.
Protes pada Selasa menandai demonstrasi oleh polisi dan pasukan keamanan meningkat saat protes menyebar ke seluruh negeri itu.
Puluhan personel polisi berpawai pada Selasa dari pinggiran selatan bab Ezzourar ke pusat kota Aljier.
Menurut harian lokal, El Watan, satu kendaraan polisi dan satu ambulans menyertai pawai tersebut saat mereka menyeberangi jalan.
Saat mereka berpawai, sebanyak 40 personel polisi lagi bergabung dengan demonstran, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Setelah penandatanganan lagu nasional, peserta pawai menuntut pertemuan dengan Perdana Menteri Abdelmalek Sellal dan Menteri Dalam Negeri Taib Belaiz.
Pemrotes sebelumnya telah mencela usul dialog oleh pejabat senior polisi, termasuk Gubernur Aljier Abdelkade Zoukh, dan memilih berbicara dengan pejabat senior di negeri itu. Mereka juga mendesak Kepala Departemen Umum Keamanan Nasional Mayor Jenderal Abdelghani Hamel agar mundur.
El Watan melaporkan bahwa polisi mempersiapkan pawai serupa di provinsi lain.
Personel polisi anti-huru-hara dikerahkan ke Provinsi Ghardaia, 600 kilometer di sebelah tenggara Aljier, 11 bulan lalu untuk memulihkan ketenangan, ketika bentrokan terjadi antara dua kelompok etnik.
Namun, pada Senin anggota divisi anti-huru-hara melancarkan serangkaian pawai protes, dan mendesak pemerintah agar memenuhi tiga tuntutan utama mereka.
Tuntuan tersebut meliputi peningkatan kondisi hidup tentara, pembentukan serikat kerja dan pertemuan dengan menteri dalam negeri.