REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pesawat tempur Turki dilaporkan telah menyerang pemberontak Kurdi di tenggara Turki. Serangan ini dilancarkan setelah militer Turki mengatakan telah diserang oleh kelompok militer Kurdi PKK.
Dilansir dari Reuters, kelompok militer Kurdi PKK menyalahkan Ankara karena telah melanggar gencatan senjata dengan melakukan serangan udara.
"Untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, sebuah operasi udara dilakukan terhadap pasukan kami oleh militer Turki. Serangan ini ditargetkan pada dua pangkalan gerilya di Daglica dan melanggar gencatan senjata," kata PKK.
Pangkalan gerilya Daglica yang diserang oleh militer Turki berada di dekat perbatasan Irak. Sementara itu, pendiri PKK Abdullah Ocalan mengatakan pembicaraan perdamaian antara kelompoknya dan Turki dapat berakhir pada Rabu.
Setelah mengunjungi kakaknya di penjara pada pekan lalu, saudara Ocalan, Mehmet, menyatakan akan menunggu perkembangan situasi hingga 15 Oktober.
"Kami akan menunggu hingga 15 Oktober. Setelah itu tak ada yang dapat kami lakukan," katanya.
Pemimpin partai pro-Kurdi yang membacakan pernyataan resmi Ocalan di parlemen pada Selasa mengatakan partai Kurdi harus bekerja sama dengan pemerintah mengakhiri kekerasan.
"Jika tidak kami akan membuka berbagai cara provokasi yang dapat menyebabkan pembunuhan massal," kata Ocalan dalam pernyataanya.
Serangan Turki yang menargetkan Kurdi dulunya sering terjadi di tenggara Turki. Namun, serangan ini telah berhenti selama dua tahun. PKK mengatakan serangan tersebut terjadi pada Senin, meskipun begitu sejumlah media Turki menyebutkan serangan terjadi pada Minggu.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan militer Turki telah membalas serangan PKK di daerah perbatasan. Menurut laporkan surat kabar Hurriyet, serangan udara tersebut menyebabkan sejumlah kerusakan pada PKK.
"Pesawat tempur F-16 dan F-4 yang terbang dari pangkalan di Diyarbakir dan Malatya telah menjatuhkan bom dengan menargetkan PKK setelah mereka menyerang pos militer di Daglica," tulis surat kabar tersebut.
Dalam perkembangan terpisah, Turki selama ini menolak membantu melawan ISIS. Washington pun frustasi atas sikap Turki yang tak terlibat dalam koalisi AS melawan ISIS ini.
Washington mengatakan Turki sepakat untuk melakukan serangan udara dari pangkalan udara Turki. Namun, pernyataan berbeda dilontarkan oleh Turki. Ankara mengatakan hal tersebut masih dalam pembahasan.
Turki menolak bergabung dengan koalisi AS kecuali jika koalisi ini juga melawan presiden Suriah Bashar al-Assad. Namun sejauh ini, tuntutan Turki ini ditolak oleh Washington.
Menlu AS John Kerry mengatakan tak ada perbedaan antara Ankara dan Washington terkait strategi melawan ISIS di Kobani. Ankara juga akan menentukan keterlibatannya sendiri.