Kamis 16 Oct 2014 00:31 WIB

Polisi Tahan 45 Aktivis Prodemokrasi Hong Kong

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Julkifli Marbun
 Demonstran pro-demokrasi membuat barikade dari blok semen di sebuah terowongan di Jalan Lung Wo, Distrik Admiralty, Hong kong, Rabu (15/10). (AP/Kin Cheung)
Demonstran pro-demokrasi membuat barikade dari blok semen di sebuah terowongan di Jalan Lung Wo, Distrik Admiralty, Hong kong, Rabu (15/10). (AP/Kin Cheung)

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pihak berwenang Hong Kong mengatakan polisi yang memukuli pengunjuk rasa prodemokrasi akan diberhentikan dari jabatannya, Rabu (15/10).

Langkah itu diambil setelah rekaman insiden pemukulan Selasa malam ditayangkan dan menghebohkan masyarakat dan anggota parlemen. Polisi mengatakan telah menahan 45 demonstran pada Rabu pagi.

Polisi menggunakan semprotan merica pada demonstran yang menolak dibawa. Sejumlah petugas tampak memukul dan menendang seorang pengunjuk rasa yang telah diborgol selama beberapa menit.

Sebelumnya, polisi menyeret demonstran itu ke sudut gelap di samping lokasi protes. Rekaman tersebut ditayangkan oleh stasiun televisi TVB.

Menteri Keamanan Hong Kong Lai Tung-kwok mengatakan dalam konferensi pers polisi akan menyelidiki penggunaan kekerasan yang berlebihan. Dia menambahkan polisi yang tampak di video akan diberhentikan sementara.

Kemarahan yang timbul akibat tayangan itu kemungkinan akan mendorong lebih banyak dukungan bagi gerakan demokrasi di Hong Kong.

Pemimpin partai prodemokrasi Hong Kong Partai Sipil Alan Leong mengatakan laki-laki yang dipukuli petugas adalah Ken Tsang Kin-chiu. Dia adalah anggota Partai Sipil.

Anggota dewan dari Partai Sipil Dennis Kwok yang juga bertindak sebagai kuasa hukum Tsang mengatakan polisi juga memukuli kliennya di dalam kantor polisi. Tsang kini telah berada di rumah sakit.

Tsang merupakan seorang pekerja sosial. Hong Kong Social Workers' Association  berencana melakukan aksi protes di kantor polisi pada malam hari.

Beberapa foto menunjukkan wajah dan tubuh Tsang yang lebam. Kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengatakan polisi yang menyerang  sesorang yang telah ditahan harus diadili.

Polisi, tanpa menyebut Tsang, mengatakan dalam pernyataan resminya mereka menggunakan kekuatan minimum, termasuk semprotan merica untuk membubarkan massa yang berkumpul secara ilegal pada malam hari.

Pada Selasa malam mahasiswa menyerbu sebuah terowongan di jalan raya empat jalur. Mereka meneriakkan agar pemerintah memberi hak pilih universal. Aksi itu membuat lalu lintas terhenti.

"Ada banyak polisi. Mereka memukul orang-orang. Kami melakukan aksi damai," kata seorang mahasiswa Danny Chiu sambil menangis, Rabu.

Terowongan yang berada di kawasan Admiralty itu dibuka kembali setelah polisi membersihkan blokade yang terbuat dari beton.

Partai Komunis yang berkuasa di Cina meyakini telah memberi cukup kelonggaran kepada Hong Kong di masa lalu. Cina tidak akan meluluskan permintaan hak demokrasi penuh karena ingin menghindari tuntutan serupa di Cina.

Keputusan tersebut disepakati dalam pertemuan Komisi Keamanan Nasional baru yang diketuai oleh Presiden Xi Jinping pada pekan pertama Oktober. Surat kabar Partai Komunis People's Daily dalam halaman depannya mengatakan protes di Hongkong pasti gagal.

"Banyak fakta dan sejarah memberitahu kita jika orang-orang memulai aksi radikal dan ilegal dan pemerasan politik, hanaya akan berujung pada lebih banyak kegiatan ilegal dan memicu ketidakstabilan dan kekacauan," kata surat kabar tersebut.

Pekan ini Leung mengatakan kemungkinannya nol pemimpin Cina akan mengabulkan tuntutan demonstran prodemokrasi dan mengubah keputusan pembatasan demokrasi.

Seorang pejabat tinggi Cina menegur Presiden Taiwan Ma Ying-jeou atas komentarnya yang dianggap tidak bertanggung jawab terhadap pengunjuk rasa. Ma menyatakan dukungannya terhadap mahasiswa dan mendesak Cina berdemokrasi

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement