REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Dino Patti Djalal berharap wabah Ebola di sejumlah negara Afrika tidak menghambat langkah investor untuk menanamkan modalnya di benua tersebut.
"Ebola adalah masalah serius tapi jangan sampai menghambat langkah investor ke Afrika," kata Dino Patti Djalal ketika membuka seminar "Africa Rising" di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (15/10).
Dino yakin jika Afrika akan menunjukkan sikap optimis dan berpikir secara global untuk menyelesaikan masalah penyebaran wabah Ebola secara cepat agar calon investor di seluruh dunia percaya untuk menanamkan modalnya di sana.
Kendati menurut data WHO Ebola telah menewaskan empat ribu jiwa di Afrika terutama di Guinea, Liberia dan Sierra Leone, namun Dino menilai bangsa Asia akan lebih siap menangkal wabah menular tersebut mengingat pada awal tahun 2002 penyakit radang pernafasan akut atau SARS juga pernah menyebar di Asia.
"Saya rasa kami dan negara Asia lainnya cukup kuat untuk menghadapi Ebola karena sebelumnya sudah mengenal wabah SARS," kata Dino.
Untuk menangani Ebola, kata Dino, Afrika bisa belajar kepada Asia yang mampu menangani wabah SARS dalam waktu dua tahun.
Walaupun saat ini wabah Ebola belum mereda namun berdasarkan data IMF enam negara Afrika justru mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia yaitu Sudan Selatan 27,06 persen, Sierra Leone 20,12 persen, Ethiopia 9,6 persen, Pantai Gading 8,7 persen, Liberia 8,6 persen dan Republik Kongo sebesar 8,5 persen.
Bahkan secara umum benua Afrika mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,7 persen selama periode 2009-2014 sehingga diharapkan wabah Ebola tidak mengganggu perkembangan ekonomi yang sedang naik di benua itu.
Duta besar Nigeria untuk Indonesia Muhammad Lawal Sulaiman mengatakan negaranya menjamin setiap investor atau wisatawan yang datang tidak akan terkena Ebola karena Nigeria sudah gencar melakukan pencegahan terhadap wabah mematikan itu.
"Kami menjamin negara kami sudah bebas dari Ebola jadi saya harap kepada siapa pun di Indonesia dan Asia tidak perlu cemas," kata Muhammad Lawal Sulaiman.