REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sistem peringatan bencana kelaparan memprediksi terjadinya krisis makanan jika penyebaran Ebola tak dihentikan. PBB menyebutkan belum mampu memberi bantuan makanan hingga 750 ribu warga di Afrika Barat akibat harga yang melambung dan krisis panen.
Pada hari Pangan Sedunia, lembaga PBB dan kelompok non-pemerintahan meningkatkan upaya mereka mencegah bencana kelaparan. "Dunia bergerak dan kami harus mencapai desa-desa terkecil di daerah terpencil," kata Denise Brown, direktur regional Program Makanan Dunia (WFP) PBB untuk Afrika Barat.
"Indikasinya semua hal akan memburuk sebelum mereka membaik. Seberapa parah ini nanti juga tergantung pada kita," katanya dikutip dari Associated Press, Kamis (16/10).
WFP mengatakan perlu membantu 1.3 juta orang yang membutuhkan makanan di negara Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Sejauh ini, Bettina Luescher, kepala juru bicara WFP di Amerika Utara, mengatakan agen PBB memberikan bantuan kepada 534 ribu orang dan diperkirakan angka ini akan meningkat 600 ribu hingga 700 ribu pada bulan ini.
"Dan kami bekerja keras untuk membantu hingga 1.3 juta orang," katanya.
WFP memberikan bantuan makanan kepada para pasien yang dirawat di pusat perawatan Ebola, para korban selamat dari virus ini, komunitas yang dikarantina, termasuk keluarga yang terkena dampak. WFP juga membantu logistik dan mengatur layanan kemanusian PBB di tiga negara yang terdampak serta negara di dekatnya, yakni Dakar, Senegal dan Accra, Ghana guna membantu para pekerja kemanusiaan yang dikerahkan.
Menurut laporkan WFP, berdasarkan survei yang pertama kalinya dilakukan menggunakan telepon genggam menunjukan orang-orang yang tinggal di Kailahun dan Kenema di Sierra Leone sangat sulit memberi makanan kepada keluarganya dari pada warga di daerah lainnya. Lebih dari 80 persen warga di daerah tersebut mengaku makan dengan bahan makanan yang tak terlalu mahal dan 75 persen lainnya dilaporkan telah mengurangi jumlah makanan sehari-sehari mereka.