Jumat 17 Oct 2014 02:34 WIB

ASEM Digelar di Milan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
Peta 19 anggota G-20 (biru tua), Uni Eropa (biru muda), dan Spanyol sebagai anggota tamu tetap (ungu)
Foto: en.wikipedia.org
Peta 19 anggota G-20 (biru tua), Uni Eropa (biru muda), dan Spanyol sebagai anggota tamu tetap (ungu)

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Asia Europe Meeting (ASEM) mulai digelar di Milan, Italia Kamis (16/10) sore. Sebanyak 53 pemimpin negara dari Asia dan Eropa diundang ke konferensi yang telah rutin digelar selama 18 tahun ini. Mereka membawa sekitar dua ribu delegasi ke kota mode tersebut. Kroasia dan Kazakhstan akan menjadi peserta baru dalam pertemuan.

Pertemuan yang digelar selama dua hari ini bertema "Membangun Kemitraan Bertanggung Jawab, Mendorong Pertumbuhan Berkelanjutan dan Keamanan”. Anggota ASEM adalah negara-negara yang melintang dari Eropa bagian barat hingga Pasifik, termasuk Australia dan Selandia baru.

Pertemuan berlangsung dengan agenda ekonomi, termasuk krisis terutama Ukraina. Presiden Vladimir Putin dan Presiden Petro Poroshenko dikabarkan akan melakukan pertemuan. Kemungkinan mereka akan membicarakan insiden terbaru, gencatan senjata, mundurnya pasukan Rusia dan pasokan gas. Ukraina sendiri sebenarnya bukan anggota ASEM, namun ia akan turut serta.

ASEM bertujuan untuk menggabungkan kerjasama yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meski demikian banyak yang ragu dengan konferensi ini. Ahli ASEM David Fouquet dari European Institute for Asian Studies mengatakan orang Eropa lebih skeptis tentang apa yang bisa dicapai. Pertemuan biasanya tidak lebih dari sekedar berdebat tanpa hasil yang konkrit.

Namun sebagian besar anggota melihat ASEM sebagai ajang mengeratkan hubungan bilateral dengan negara lain. Seperti untuk Tiongkok dengan Uni Eropa. Hubungan ekonomi yang lebih jauh diharapkan terjadi pasca pertemuan ini.

Dikutip dari Xinhua, menurut Wakil Menteri Luar Negeri Cina Li Baodong, pertemuan memiliki agenda termasuk meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi dan keuangan antara Asia dan Eropa, juga mengkoordinasikan upaya-upaya untuk mengatasi isu global.

"Konferensi ASEM telah menawarkan kesempatan yang baik untuk membawa kemajuan bidang melalui kerjasama Asia-Eropa," kata Cui Hongjian, direktur Departemen Studi Eropa dari China Institute of International Studies.

Presiden Dewan Eropa Herman Van Rompuy mengatakan bulan lalu bahwa pasar Asia menawarkan investasi tak tertandingi dan peluang perdagangan bagi perusahaan-perusahaan Eropa. Pertumbuhan Asia telah memicu ekonomi dunia saat Eropa berjuang dengan stabilitas fiskal dan tingkat pertumbuhan yang rendah.

Untuk Asia, Eropa masih menjadi tujuan ekspor utama dan sumber inovasi teknologi. Kedua negara menjadi saling bergantung. Eropa berjuang untuk mengatasi tantangan struktural sosial dan ekonomi, sementara banyak negara Asia merevisi model pertumbuhan ekonomi mereka agar sesuai dengan transformasi dramatis masyarakat.

Para pemimpin negara akan mengadakan pertemuan informal pada Jumat. Isu yang akan dibahas terkait ancaman keamanan global oleh ISIS, sengketa maritim di Laut  Cina Selatan dan isu Ukraina. Pembicaraan ini akan lebih bersifat kasual, setiap kepala negara berhak bicara sebebasnya, tanpa protokol dan tanpa pernyataan untuk media.

Isu hak asasi manusia juga akan masuk agenda, termasuk isu perubahan iklim. Van Rompuy berharap ada progres dan hasil konkrit terkait isu-isu ini.

"Kami akan berusaha untuk menyepakati sebuah roadmap pengurangan emisi gas rumah kaca secara global," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement