REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mempercepat upaya mencegah penyebaran ebola di luar tiga negara yang paling terkena epidemi.
Direktur Kapasitas Global, Kewaspadaan dan Respon WHO Isabelle Nuttall dalam konferensi pers di Jenewa mengatakan sebanyak 15 negara akan menjadi prioritas. Mereka akan mendapatkan bantuan, termasuk pencegahan dan perlindungan.
Namun, mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan mengatakan ia sangat kecewa dengan tanggapan komunitas internasional. Dalam wawancaranya dengan BBC, Annan mengatakan negara-negara kaya seharusnya bergerak lebih cepat.
"Jika krisis terjadi di kawasan lain, mungkin cara penanganannya akan berbeda. Bahkan, jika kita melihat evolusi krisis, komunitas internasional baru benar-benar bangun saat virus mencapai Amerika dan Eropa. Di dunia yang saling berhubungan ini, kita seharusnya tahu penyebaran itu hanya masalah waktu," kata Annan, dikutip dari BBC, Kamis (16/10).
Nuttall mengatakan transmisi virus ebola masih intens di Liberia, Sierra Leone dan Guinea. Terdapat peningkatan di ibukota Guinea, Conakry. Di ibukota Sierra Leone, Freetown transmisi masih intens.
Sedangkan di ibukota Liberia, Monrovia banyak kasus yang tidak dilaporkan dan sulit mengumpulkan data sehingga sulit diketahui jumlah sebenarnya. Namun, penurunan kasus terjadi di distrik Lofa.
Secara keseluruhan, kasus meningkat dua kali lipat setiap empat pekan. Jumlah kematian diperkirakan mencapai lebih dari 4.500 pekan ini.
Nuttall mengatakan negara-negara di Afrika harus mempersapkan diri. Dia menyebut negara-negara itu antara lain, Benin, Burkina Faso, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gambia, Ghana, Mauritania, Nigeria, Sudan Selatan and Togo.
Dia menggarisbawahi empat negara yang berbatasan langsung dengan tiga negara paling parah terkena epidemi, yaitu Pantai Gading, Guinea Bissau, Mali dan Senegal.
"Kami akan mempercepat bantuan kami untuk negara-negara tersebut. Kami akan bekerja dengan mereka sesuai rencana," kata Nuttall.
Bantuan yang diberikan, termasuk tim reaksi cepat, penyuluhan hingga ke desa, pelatihan mengenai pencegahan dan perlindungan infeksi dan menyediakan laboratorium.