REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan empat negara eropa menyerukan agar kekerasan di Libya dihentikan, Sabtu (18/10).
Dalam pernyataan resminya, Perancis, Italia, Jerman, Inggris dan AS, menyetujui tidak adanya solusi militer atas krisis Libya. Kelima negara tersebut juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa desakan gencatan senjata tidak dihormati.
Puluhan orang tewas di Benghazi selama pertempuran beberapa hari melawan kelompok radikal, termasuk Ansar al-Sharia dengan pasukan propemerintah yang dipimpin mantan Jenderal Khalifa Haftar.
Pernyataan bersama tersebut menyampaikan pertempuran melawan organisasi yang melakukan terorisme hanya bisa dihadapi dengan pasukan bersenjata dibawah kendali otoritas pusat. Libya gagal membangun pasukan keamanan negara dan melucuti senjata kelompok yang dulu membantu menggulingkan Muammar Gaddafi pada 2011.
AS dan sekutunya juga mengecam Ansar al-Sharia. Mereka mengatakan kebebasan Libya dipertaruhkan dan kelompok radikal diizinkan menggunakan Libya sebagai tempat perlindungan.
AS dan empat negara Eropa mengancam memberi sanksi terhadap individu yang mengancam perdamaian, stabilitas, keamanan atau mengganggu proses politik Libya.