REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para menteri luar negeri Eropa, Senin (20/10), akan melakukan pertemuan untuk meningkatkan upaya mereka menghadapi wabah Ebola setelah adanya peringatan bahwa penyakit itu bisa menjadi "bencana bagi generasi kita".
Menjelang pertemuan, lembaga bantuan Oxfam yang beroperasi di dua negara yang paling parah terkena wabah tersebut --Liberia dan Sierra Leone-- meminta bantuan dalam hal lebih banyak pasukan, pendanaan serta staf medis untuk dikirimkan ke pusat wabah di Afrika barat itu.
Presiden Liberia juga menyatakan permohonan secara berapi-api kepada negara-negara di dunia agar menyingsingkan lengan baju mereka, dengan mengatakan "waktu untuk berbicara atau berteori sudah habis."
"Upaya memerangi (wabah) ini membutuhkan komitmen dari setiap negara yang memiliki kemampuan untuk membantu --apakah dalam hal pendanaan darurat, pasokan medis atau keahlian klinis," kata presiden Liberia yang juga pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Ellen Johnson Sirleaf.
"Dari pemerintah hingga organisasi-organisasi internasional, lembaga keuangan, lembaga swadaya masyarakat, politisi hingga anggota masyarakat biasa di sudut manapun di dunia ini, kita semua punya bagian dalam memerangi Ebola."
Wabah paling buruk virus mematikan itu sejauh ini telah menewaskan lebih dari 4.500 orang, hampir semuanya di Afrika barat. Namun, kasus-kasus yang sebelumnya tertutup sekarang ini sudah mulai muncul di Eropa serta Amerika Serikat.
Liberia menjadi negara yang paling parah terkena wabah itu dengan adanya 4.262 kasus serta 2,484 kematian hingga 13 Oktober.
"Ada fokus politik yang sangat kuat tentang ini di saat kita sedang menghadapi krisis paling segera," kata seorang diplomat Eropa menjelang pertemuan yang akan berlangsung di Luksemburg itu.
Diplomat Uni Eropa lainnya mengatakan Inggris --yang sedang meluncurkan kapal angkatan lautnya yang sarat dengan staf dan persediaan barang-barang medis menuju Sierra Leone-- berharap untuk "memastikan adanya tindakan Uni Eropa terhadap Ebola".
Menurut seorang diplomat Eropa, tiga negara berencana untuk mempelopori bantuan global bagi negara-negara yang paling buruk dilanda wabah tersebut. Ketiga negara itu ialah Amerika Serikat untuk Liberia, Inggris untuk Sierra Leone dan Prancis untuk Guinea.