Senin 20 Oct 2014 15:33 WIB

Menuju Putaran Kedua, Neves-Rousseff Bersaing Ketat

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Dilma Rousseff
Foto: Reuters/Ueslei Marcelino
Dilma Rousseff

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Dua kandidat calon presiden Brasil terus bersaing ketat, menuju pekan terakhir pemilihan presiden 26 Oktober mendatang. Jajak pendapat menunjukkan perbedaan hasil yang sangat tipis antara kandidat oposisi Aecio Neves, dan calon incumbent Dilma Rousseff.

Dilansir dari kantor berita Reuters, setelah putaran pertama pemilihan presiden 5 Oktober lalu, Neves tengah berjuang mempertahankan momentum yang memberinya peluang untuk menang.

Hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan dukungan untuk Neves mungkin telah mencapai puncaknya. Ia sempat memimpin Rousseff 2 poin persentase dalamjajak pendapat yang diawasi ketat.

Namun Rousseff terus melakukan serangan melalui kampanyenya. Ini membuat jumlah warga Brasil yang tak ingin memilih Neves meningkat 4 persen, menjadi 38 persen. Sementara dari hasil jajak pendapat Datafolha, tingkat penolakan pada Rousseff turun satu poin menjadi 42 persen dalam jajak pendapat yang sama.

Kedua calon terus saing menjelek-jelekkan satu sama lain. Mereka berupaya mempengaruhi enam persen pemilih yang masih ragu-ragu.

Dalam debat televisi pada Kamis (16/10) malam, Rousseff menyinggu sebuah insiden di 2011 di mana Neves ugal-ugalan dalam berkendara dan menolak tes alkohol. Neves telah berhasil mengecilkan reputasinya sebagai playboy yang senang pesta, dengan mengaku menyesali peristiwa itu.

Rousseff juga menyerang Neves dengan mempertanyakan prestasinya sebagai Gubernur Minas Gerais. Dalam kampanye di pekan terakhir ini, Rousseff menuduh Neves melakukan nepotisme.

"Strategi kami adalah bekerja. Jajak pendapat menunjukkan Dilma kini sedikit di depan," kata Presiden Partai Buruh Rui Falcao.

Neves berencana meningkatkan serangannya pada Rousseff dalam dua debat terakhir pekan ini. Ia akan menghubungkan Rousseff dengan skandal korupsi yang melobatkan perusahaan minyak negara Petrobras.

Pada 2004 seorang eksekutif Petrobras dipenjara, saat Rousseff menjabat sebagai ketua dewasn Petrobras. Kuat dugaan adanya aliran dana dari perusahaan tersebut untuk mendanai Partai Buruh dan kemungkinan untuk kampanye presiden Rousseff 2010 silam.

"Hanya ada dua kemungkinan, Anda kaki tangan atau Anda tak kompeten mengelola perusahaan terbesar negara tersebut," kata Neves dalam debat Kamis lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement