Rabu 22 Oct 2014 15:15 WIB

Warisan Kebijakan Internasional Gough Whitlam

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Mantan Perdana Menteri Australia Gough Whitlam meninggal pada usia 98 tahun. Selain berhasil membawa banyak perubahan sosial di Australia, mendiang juga dikenang sebagai tokoh nasional yang mampu mengubah wajah kebijakan luar negeri Australia dan membangun hubungan antara Australia dengan negara-negara lain di kawasan.

Whitlam memimpin  Partai Buruh Australua (ALP)  setelah berhasil meraih kemenangan pertama. dalam 23 tahun pada tahun 1972. Meskipun hanya berkuasa selama tiga tahun, namun jabatan Perdana Menteri yang dipegangnya dikenang sebagai periode yang melahirkan perubahan besar bagi Australia.

Di bawah kepemimpinannya, pemerintah Australia mengakhiri wajib militer, menarik pasukannya dari Vietnam, menghapuskan hukuman mati, memperkenalkan sistem kesehatan universal dan pendidikan tinggi gratis, menyelesaikan penghapusan Kebijakan Australia Putih, dan memperkenalkan UU Diskriminasi Rasial. 

Whitlam juga tercatat menjadi perdana menteri Australia pertama yang melakukan kunjungan ke China dan pemerintahnya mengakui Republik Rakyat China, sebuah langkah maju bagi hubungan diplomatik antara kedua negara. 
Dr Yi Wang, dosen senior dalam studi Cina di Griffith University, mengatakan, Gough Whitlam memiliki pengaruh besar pada hubungan Australia-China. "Tanpa upayanya kita tidak akan melihat perkembangan pesat dalam hubungan bilateral Australia - China seperti yang kita saksikan saat ini. Dia menerjang semua jenis peluang pada waktunya untuk mengantar fase baru Hubungan Sino-Australia," ujarnya belum lama ini.

"Warga China ketika mengenang masa kepemimpinan Gough Whitlam digambarkan dengan pepatah Cina, 'ketika Anda mengambil air dari sumur, jangan lupa dengan penggali sumur' dan mereka membandingkan peran Gough Whitlam dengan yang penggali sumur yang baik dari hubungan Sino-Australia. Dia adalah salah satu yang membawa semua nasib baik hubungan bilateral yang kita menikmati hari ini"

Gough Whitlam ketika berkunjung sebagai Perdana Menteri pada tahun 1973. Dua tahun sebelumnya ketika menjadi oposisi dia juga pernah mengunjungi. (Image: National Archives of Australia M2153, 18/3)

Sebagai pendukung dekolonisasi, Ppmerintahan Whitlam menjamin kemerdekaan Papua Nugini setelah 70 tahun dibawah kendali pemerintahan Australia. Ketika itu dia mengatakan :

"Hendaknya jangan pernah dilupakan bahwa membebaskan bekas koloni kita sebagai negara independen, kita sebagai warga Australia justru dapat meningkatkan kemandirian kita sendiri. Australia tidak pernah benar-benar bebas sampai Papua Nugini menjadi benar-benar bebas." 
 
Sir Michael Somare, Perdana Menteri pertama Papua Nugini, kepada Radio Australia Pacific pernah mengatakan kalau dirinya mengagumi PM Whitlam atas kepercayaannya terhadap warga Papua Nugini.
 
"Ketika itu pemerintah konservatif mengatakan, rakyat Papua Nugini belum siap untuk menentukan nasibnya sendiri, PM Whitam maju dan berkata sekarang orang-orang ini siap, jika kita membantu mereka, mereka akan mencapai apa yang mereka inginkan ... [dan] kami warga Papua Nugini telah berhasil mencapai kemerdekaan dan kemajuan kami. Kami telah membuat perubahan drastis, tak seorang pun bisa percaya, tapi Whitlam ketika itu sudah menaruh kepercayaannya pada kami, kalau kami bisa dan kami membuktikannya."

 

Gough Whitlam dan Sir Michael Somare pada peringatan Hari Kemerdekaan Papua Nugini tahun 1975. (Image: National Archives of Australia. NAA: A6180, 22/9/75/28)

Perdana Menteri Papua Nugini saat ini Peter O'Neill juga menyampaikan belasungkawa dan mengakui kontribusi Whitlam terhadap negara dan bangsanya.

“PM Withlam akan selalu memiliki tempat unik dan istimewa dalam sejarah Papua Nugini sebagai Perdana Menteri yang pernah bekerja bersama para pendiri bangsa kami untuk meraih kemerdekaan sebagai sebuah bangsa,"

"Masa kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri hampir identik dengan masa transisi Papua Nugini menjadi negara yang merdeka dan karena itulah masyarakat Papua Nugini menyampaikan rasa terima kasih terhadap mendiang,"

 

PM Whitlam ketika menjabat sebagai Perdana Menteri Australia banyak melakukan kunjungan ke luar negeri, dia juga mengunjungi India, Jepang dan Rusia (Uni Soviet ketika itu), Amerika Utara, Eropa dan Indonesia. Dia juga tercatat sebagai pemimpin Australia pertama yang membangun hubungan dekat dengan Indonesia, namun kebijakannya ini banyak menuai kritik tajam karena apa yang kebanyak orang anggap sebagai kegagalan untuk melawan pendudukan Indonesia di Timor Timur. 

Setelah berita kematian Whitlam beredar, Parlemen Federal Australia diskors selama satu hari sebagai bentuk penghormatan. Perdana Menteri Tony Abbott memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang sebagai bentuk penghormatan bagi pemimpin Australia yang 'menginspirasi generasi muda untuk terjun dalam kehidupan publik'  Ia akan dikenang dengan warisannya dalam membangun hubungan diplomatik dengan China serta usahanya atas nama warga pribumi Australia.
 
Sementara Ketua Partai Buruh Australia, Bill Shorten juga memuji jasa PM Whitlam:

"Sekarang saatnya, Gough berkata kepada kita. Karena dia, karena hidup dan warisannya, Australia menjadi bangsa yang lebih murah hati dan inklusif. Selalu berupaya membantu sesama warga Australia untuk lebih maju dan mencapai hasil yang lebih tinggi dari keadaan mereka saat ini. 

 

"Gough selalu mengajarkan mengenai keberanian dan kepemimpinan untuk menciptakan dan memanfaatkan kesempatan. Jalan terang telah bersinar menyambutnya bersama dengan kenangan atas karya-karya besarnya yang akan selalu diingat dalam waktu lama di hati bangsa Australia,"

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement