Selasa 21 Oct 2014 17:05 WIB

Apartemennya Direbut Pemukim Yahudi, Warga Palestina tak Terima

Polisi Israel menahan seorang pengunjuk rasa warga Palestina/ilustrasi (Reuters/Ammar Awad)
Polisi Israel menahan seorang pengunjuk rasa warga Palestina/ilustrasi (Reuters/Ammar Awad)

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Warga Palestina melemparkan bom Molotov ke gedung apartemen di Yerusalem Timur hanya beberapa jam setelah diambil alih oleh pemukim Yahudi, kata polisi, Selasa (21/10).

Tidak ada yang cedera dalam kejadian di permukiman Silwan pada Senin malam itu, tempat kelompok warga Palestina melemparkan bom Molotov ke gedung tersebut, kata pernyataan polisi.

Tidak ada keruskan yang serius dalam insiden di permukiman itu dan tidak ada penahanan dilakukan.

Gedung itu adalah satu dari dua bangunan 10 apartemen yang dimbil alih oleh para pemukim Yahudi sebelu Senin subuh, yang memicu penentangan penduduk lokal. Pengambil alihan seperti itu juga dikecam keras oleh masyarakat internasional.

Silwan adalah satu perkampungan padat Palestina yang terletak di tembok selataan kota Tua Yerusalem dan lokasi yang sering dilanda kerusuhan yang melibatkan satu kelompok kecil pemukim berhaluan keras, polis Israel dan para pemuda lokal Palestina.

Bentrokan-bentokan melrtus tiga pekan lalu ketika para pemukim memasuki lebih dari 25 apartemen di daerah itu yang telah mereka beli.

Ateret Cohanim, satu organisasi Israel yang bertujuaan untuk meningkatkan kehadiran warga Yahudi di Jerusalem, mengatakan kepemilikan itu penambahan penghuni itu akan melipatgandakan jumlah warga Yahudi tinggal di bagian Silwan, yang dikenal dalam bahasa Yahudi sebagai Kfar Shiloach.

Kelompok itu mengklaim daerah itu banyak dihuni oleh warga Yahudi dari Yaman pada abad ke-19.

Israel merebut Jerusalem Timur Arab dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian menganeksasinya, satu tindakan yang tidak pernah diakui masyarakat internasional. Sekitar 200.000 warga Israel tinggal di sana bersama dengan 300.000 warga Palestina.

Israel menganggap seluruh kota itu sebagai "ibu kotanya yang utuh" dan menilai bangunan atau pembelian rumah-rumah di sektor timur bukan sebagai kegiatan permukiman.

Awal pekan ini, Presiden Reuven Rivlin menentang perjanjian jual beli antara para penjual Arab dan kelompok garis keras garis keras sayap kanan.

"Yerusalem bukan satu kota di mana gedung dibangun secara diam-diam dan di mana orang-orang memasuki apartmen-apartemen dilakukan pada malam hari yang sepi," katanya Ahad.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement