Selasa 21 Oct 2014 21:50 WIB

Jahe Kurang Populer di Kalangan Generasi Muda Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Jahe dianggap sebagai produk yang terlupakan, lantaran hanya populer dikalangan konsumen berusia lanjut. Demi memopulerkan komoditi ini di kalangan generasi muda, perusahaan pengolahan jahe terbesar di Australia meluncurkan strategi pemasaran yang tidak biasa.

Caranya, dengan meminta pemilik rambut berwarna merah untuk membantu jahe menjadi produk yang 'seksi'. "Ini masalah bagaimana menghubungkan masyarakat dengan jahe dan cara yang kami pilih adalah dengan menggunakan orang berambut merah yang mendapat sebutan 'Ginger''," kata CEO Buderim Ginger, Roger Masters, baru-baru ini.

Roger Master mengakui, jahe saat ini menjadi produk yang terlupakan dan sering ditinggalkan begitu saja di dapur. Oleh karena itu, perusahaannya ingin menonjolkan kembali komoditi ini dan membuatnya lebih sering digunakan oleh masyarakat. Termasuk  membuat masyarakat paham kalau jahe merupakan produk yang seksi lagi.
 
Pabrik pengolahan jahe Buderim Ginger di Sunshine Coast, Queensland sering dikunjungi oleh wisatawan lansia setiap harinya. Namun saat ini perusahaan tersebut berusaha untuk membuat jahe juga menjadi produk yang akrab dengan konsumen yang lebih muda. Untuk mencapai hal itu perusahaannya mentargetkan generasi muda yang memiliki rambut merah yang sering disebut 'ginger'.
 
"Kita akan merevolusi para pemilik rambut merah atau 'ginger' dan itu menciptakan kaitan," kata Masters.
 
"Pemilik rambut merah merupakan cara agar masyarakat bisa mudah mengingat jahe, namun kita bisa membuat upaya promosi yang menyenangkan." katanya.
 
"Generasi muda banyak yang menggunakan instagram atau YouTube, Twitter dan mereka akan meberbicara melalui media sosial juga berbagi lelucon, video dan photo dan pendekatan seperti itu juga y ang akan kami lakukan dalam mempromosikan produk berbahan dasar jahe buatan kami," tambahnya.
 
"Generasi muda tidak akan duduk dan melihat iklan TV yang membosankan. kita harus menggunakan media sosial,"

Bullying seputar si rambut merah atau Ginger

 
Gagasan pemasaran ini muncul ketika Masters mendengar lagu berjudul prasangka  atau prejudice oleh komedian sekaligu musisi, Tim Minchin.
"lagu itu sangat lucu membuat saya tertawa dan memberikan ide saya untuk merevolusi anggapan mengenai jahe maupun si rambut merah 'ginger'.
 
Masters mengaku dirinya menampik keprihatinan kalau pendekatan pemasaran ini akan memicu diskriminasi terhadap pemilik rambut merah. Mengingat ginger selama ini kerap dikaitkan dengan penampilan seksi.
 
"Kebanyakan pemilik rambut saya tahu tidak terlalu sensitif mengenai anggapan di masyarakat, mereka terbiasa dengan anggapan itu dan cukup kebal," paparnya.
 
Master mengatakan kampanye ini juga merupakan tantangan bagi pemilik rambut merah.
 
"saya melihat ini merupakan cara bagi pemilik rambut merah untuk tampil. Ini merupakan promosi kontemporer dan menyenangkan, kami hendak menyampaikan pesan kalau tidak ada masalah memiliki rambut merah dan bahkan harusnya bangga,"
 
Reaksi si rambut merah
 
Lembaga induk yang mewakili hak pemilik rambut merah mengingatkan kalau strategi pemasaran mungkin tidak akan terlalu berdampak.
 
Aaron Webb, dari Red and Nearly Ginger Association (RANGA), mengatakan iklan ini mungkin berhasil mewakili rekan-rekannya yang berambut merah, tapi tidak semua kampanye seperti ini berjalan sukses.
 
"Sebelumnya juga pernah ada langkah serupa tapi tampaknya tidak terlalu berhasil,"
 
"Beberapa tahun lalu, jalan-jalan di Victoria juga melancarkan iklan besar-besaran mengenai penggunaan telepon selular ketika mengemudi.iklan itu tidak terlalu berhasil dan ada sedikit kesan diskriminatif didalam pesan itu."
 
Meski demikian Webb mengatakan iklan apapun yang menggunakan kata 'ginger' dapat membantu mempublikasikan komunitasnya.
 
"Sebagian dari misi organisasi RANGA adalah untuk memperkenalkan kata ginger dan memberikan kesan positif, jadi semakin banyak aktiiftas dan tersebar luas ke dunia itu semakin baik," katanya.
 
Meski produksi jahe Australia tidak terlalu besar, namun Australia tercatat sebagai pemasok utama jahe bersalut gula dan jahe awetan di dunia. Permen jahe Australia menguasai 3% total perdagangan komoditas tersebut di dunia. Nilai produk jahe Australia diperkirakan mencapai lebih dari  AUD$ 80 juta dengan Queensland sebagai sentra utama. 
 

Jahe merupakan produk yang terlupakan, hanya populer di kalangan konsumen berusia lanjut.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement