Rabu 22 Oct 2014 15:31 WIB

Rusia-Ukraina Gagal Capai Kesepakatan

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Rusia
Foto: irib
Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Rusia dan Ukraina gagal mencapai kesepakatan terkait masalah pasokan gas untuk musim dingin mendatang, dalam pembicaraan yang ditengahi Uni Eropa Selasa (21/10).

Namun kedua pihak sepakat bertemu kembali di Brussels dalam sepekan, dengan harapan menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah.

Komisaris Energi eropa Guenther Oettinger mengatakan, ketiga pihak telah sepakat mengenai harga gas 385 pers seribu meter kubik. Namun Rusia meminta uang dibayar dimuka sebelum pengiriman dilakukan.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, Moskow masih mencari jaminan bagaimana Kiev nantinya akan membayar pembelian energi tersebut pada Moskow. Mengingat baru-baru ini Kiev meminta bantuan Uni Eropa untuk membayar kredit gas tersebut sebesar dua miliar dolar. Akibat ketergantungannya pada bantuan Barat, Ukraina berada dalam posisi lemah.

Sebelumnya, akibat hutang Ukraina sebesar lima miliar dolar, Rusia memotong aliran gasnya ke Kiev pada pertengahan Juni. Langkah tersebut dinilai menambah ketegangan Timur dan Barat, yang dipicu aneksasi Rusia atas Crimea.

Menurut Oettinger, kedua negara kini berjuang di pengadilan internasional terkait masalah hutang. Namun Oettinger mencatat, Ukraina telah setuju untuk membayar hutang senilai 3,1 miliar dolar dalam dua tahapan tahun ini. Hal tersebut dilakukan untuk membantu membuka akses gas ke Ukraina, selama musim dingin.

Banyak negara Uni Eropa yang juga bergantung pada gas Rusia. Terkait konflik Moskow dan Kiev, mereka khawatir persediaan mereka akan terganggu jika masalah tak terselesaikan.

Meskipun memotong gasnya untuk Kiev, eksportir Rusia Gazprom belum menghentikan pasokannya ke negara-negara anggota Uni Eropa. Novak juga memerintahkan Gazprom untuk membiarkan negara-negara Uni Eropa mengekspor kembali gasnya ke Ukraina.

Uni Eropa sejauh ini bergantung sebesar sepertiga pasokan gasnya dari Rusia. Ini kira-kira setengah dari yang mengalir melalui Ukraina. Masalah gas antara Rusia dan Ukraina pada 2006 dan 2009 sebelumnya tak berdampak pada pasokan ke negara Uni Eropa lain.

Namun masalah kali ini diperumit oleh memburuknya hubungan antara Moskow dan Kiev. Meski pun para pemimpin Uni Eropa juga mengatakan, pemecahan masalah bisa membantu meredakan ketegangan yang lebih luas.

Sanksi ekonomi Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap Rusia, ditambah penurunan harga minyak meningkatkan insentif bagi Moskow untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Perusahaam gas negara Gazpro, menghasilkan sekitar enam miliar dolar per bulan dari hasil penjualan gas ke Uni Eropa.

Oettinger mengatakan, mereka akan membuat langkah-langkah lain menuju solusi yang mungkin dekat dengan kesepakatan. Selain itu masalah lain menurutnya masih perlu ditangani, misalnya masalah kesenjangan keuangan.

"Pada pertemuan berikutnya, kami berharap akan menjadi pertemuan akhir, Rabu depan di Brussels, kita akan mencapai keputusan dan kami akan memiliki tanda tangan dari semua mitra," katanya.

Pertemuan puncak yang diselenggarakan di Milan, Jumat lalu, memunculkan harapan adanya terobosan. Saat itu Presiden Ukraina Petro Poroshenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan telah mencapai kesepakatan awal mengenai harga gas.

Namun di Brussels pada Selasa, Novak mengatakan Moskow masih tak puas dengan masalah pembayaran gas tanpa jaminan lebih lanjut. Mereka khawatir mengenai bagaiman Ukraina membayar pembelian gas dari Rusia.

"Hari ini kami harus menetapkan ketersediaan keuangan untuk pembayaran uang muka untuk November dan Desember. Kami belum menerima jaminan tersebut, baik dari Naftogaz atau Komisi Eropa," katanya.

Di sela-sela pembicaraan gas pada Selasa, Komisi Eropa mengatakan akan mempertimbangkan permintaan Ukraina untuk pinjaman lebih lanjut senilai dua miliar euro.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement