REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Benjamin Crowninshield Bradlee atau yang akrab disapa Ben Bradlee telah 26 tahun mengepalai newsroom The Washington Post. Ia mengawal transformasi The Post hingga menjadi salah satu surat kabar terkemuka di dunia.
Pada Selasa (21/10), di rumahnya di Washington, sang editor modern tersebut tutup usia. Bradlee menghembuskan nafas terakhir di usia yang terbilang fantastis, 93 tahun.
Masih segar di kepala keluarga besar The Post. Bagaimana Bradlee mengambil alih newsroom pada 1965. Saat itu, Bradlee bercita-cita menciptakan sebuah surat kabar penting yang akan melampaui model harian tradisional.
Ia mencapai cita-citanya, menggabungkan berita menarik berdasarkan pelaporan agresif dengan potongan ficer yang sebelumnya lebih banyak digunakan majalah. Pesona dan kebaikannya dalam memimpin membantu Bradlee, mendapat staf berbakat dan mengilhami mereka. Akhirnya, hal itu membuat Bradlee menjadi editor surat kabar paling terkenal dari eranya.
Banyak hal menarik yang tak bisa dilupakan dari The Post selama di bawah kepemimpinnanya. Salah satu kasus kontroversial yang diungkap The Post adalah kasus skandal politik Watergate yang berakhir pada pengunduran diri Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon.
Keputusan penting lain yang pernah dibuat Bradlee adalah saat The Post menerbitkan kisah yang diangkat dari dokumen rahasia negara, Pentagon Paper. Dokumen tersebut mengungkapkan rahasia Pentagon terkait sejarah Perang Vietnam.
Presiden Barack Obama bahkan mengenang Bradlee sebagai salah satu warisan yang dimiliki AS. Dalam obituarinya pada Selasa malam, Obama mengatakan Bradlee adalah wartawan sesungguhnya.
"Bagi Benjamin Bradlee, jurnalisme adalah lebih dari sebuah profesi. Itulah yang penting untuk demokrasi kita. Seorang wartawan surat kabar yang sesungguhnya. Ia merubah The Post menjadi salah satu koran terbaik negara ini," kata Obama seperti dilansir The Washington Post.
Obama menambahkan, keputusan Bradlee mengangkat kasus Pentagon Paper dan Watergate tepat. Menurutnya Bradlee menceritakan kisah-kisah yang memang perlu diketahui. Kisah yang menurut Obama dapat membantu memahami dunia dan satu sama lain dengan lebih baik.
"Ia menetapkan standar untuk jujur, obyektif, dan teliti dalam setiap laporannya. Ini mendorong banyak orang memasuki profesi ini. Standar itu pula yang membuat aku bangga memberinya penghargaan Presidential Medal of Freedom," ujar Obama.
Sirkulasi The Post meningkat dua kali lipat saat Bradlee memimpin newsroom, sebagai managing editor. Ia juga memberikan The Post ambisi.
Bradlee menempatkan semua wartawannya di seluruh dunia. Ia membuka biro di seluruh wilayah Washington dan dari pantai ke pantai di Amerika Serikat. Ia menciptakan rubrik ficer dan terutama Gaya, yang membuatnya banyak ditiru surat kabar lain.
"Tak ada alasan mengapa Anda tak bisa melakukan apa yang dilakukan majalah mingguan, setiap hari," katanya.
Selama masa jabatannya The Post kerap memenangkan Pulitzer. Termasuk penghargaan pelayanan publik untuk Watergate.
Katharine Graham, penerbit The Post mengatakan pada 1994, banyak hal dari The Post adalah Ben. "Ia menciptakannya seperti apa yang kita kenal sekarang," kata Graham.
Bagi putra Graham, yang kini menjadi bos Bradlee, Donald E, Graham, Ben Bradlee adalah editor surat kabat Amerika terbaik di masanya. "Ia memiliki dampak besar pada koran dari seorang editor yang modern," ujarnya.
Di masa-masa akhir hidupnya, Bradlee dan istrinya Sally Quinn tinggal di dua rumah. Satu rumah di Todd Lincoln House, di Georgetown, Washington dan satu lagi di Drayden, Maryland.
Pada akhir September 2014, Bradlee menjalani perawatan di rumah sakit akibat penyakit Alzheimer. Ia wafat karena penyebab alami, pada 21 Oktober. Bradlee meninggalkan satu anak dari pernikahan pertamanya yakni Benjamin C. Bradlee JR dan dua dari pernikahan keduanya, Dominic dan Marina Bradlee.